kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,65   -5,64   -0.62%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daging impor marak ditemukan di pasar tradisional


Rabu, 14 Mei 2014 / 14:33 WIB
Daging impor marak ditemukan di pasar tradisional
ILUSTRASI. Begadang merupakan kebiasaan buruk yang memiliki dampak membahayakan bagi kesehatan tubuh jika dilakukan secara terus menerus.


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Daging impor masih banyak ditemui di pasar-pasar tradisional di Jakarta, termasuk beberapa pasar di Jakarta Utara.

Suku Dinas Perikanan, Peternakan dan Kelautan Jakarta Utara menemukan peredaran daging impor di beberapa pasar tradisional. Di antaranya di Pasar Rawabadak Koja, serta pasar tradisional di wilayah Kali Baru, Sunter Agung dan Pademangan.

Asep (47), salah satu pedagang daging di Pasar tradisional Rawabadak mengaku menjual daging impor dengan alasan harganya murah. "Iya lebih murah kalau daging impor," ujarnya di Pasar Rawabadak, Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/5).

Kepala Sesi Pengawasan dan Pengendalian (Wadal) P2K M. Mikron mengatakan distribusi daging impor hanya diperbolehkan masuk ke hotel, restoran dan rumah makan (horeka). Namun, masih saja ditemukan pedagang daging di pasar tradisional yang menjual daging impor.

Ia menegaskan saat ini, pihaknya masih baru memberikan peringatan dan pemanggilan kepada pedagang daging yang masih menjual daging import di pasar tradisional, hingga menunggu koordinasi selanjutnya dengan pihak Dinas Perikanan, Peternakan dan Kelautan.

"Kami sudah lapor kepada Dinas, jika tidak ada reaksi dan masih menjual, akan dilakukan penyitaan," ujar Mikron.

Ia juga mengimbau kepada warga yang ingin membeli daging di pasar tradisional, agar bisa membedakan antara daging lokal dengan daging impor. Untuk membedakannya dapat dilihat dari warna dan kemasan daging.

"Jika daging lokal berwarna merah dan selalu digantung sementara daging import dijual dengan kondisi beku, ada juga yang dicampur juga dengan daging lokal. Untuk jeroan, yang pasti diletakan di dalam kardus," jelas Muhtar. (Dian Fath Risalah El Anshari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×