Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berharap segera mendapatkan rekomendasi izin impor sapi dari Kementerian Pertanian, dan surat persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan.
Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro kepada wartawan di Kantor BUMN, Rabu (30/4), mengatakan, saat ini 30 tahapan perizinan sudah hampir dilalui semua. "Kami tinggal menyediakan tempat transit sapi. Sedang jajaki di Karawang, Bogor, dan tempat kami sendiri di PG Jati Tujuh, Majalengka," kata Ismed.
Dia mengatakan, RNI melewati prosedur perizinan sebagaimana perusahaan biasa, tidak dispesialkan lantaran perusahaan pelat merah. Namun demikian dia mengakui, proses perizinan masih sangat banyak.
Untuk itu, perseroan harus mendapatkan izin dari pemerintah daerah di mana menjadi lokasi transit, hingga sampai ke Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. "Rata-rata satu prosedur perizinan dua bulan," keluhnya.
Ismed mengatakan, RNI berencana mengimpor 3.000 ekor sapi dari Darwin, Australia, terdiri dari 1.500 ekor sapi bakalan, 1.200 ekor sapi siap potong, serta 300 ekor sapi induk.
"Kami mengalokasikan anggaran Rp 350 miliar, 30 persen dari kas perseroan, 70 persen dari bank BUMN," terang Ismed.
Selain karena perizinan belum juga keluar, realisasi impor sapi ini juga memperhatikan nilai tukar. Dia mengatakan, realisasi impor sapi akan dilakukan jika nilai tukar mendekati Rp 10.000 per dollar AS.
"Kalau enggak bisa (sampai Rp 10.000) kita tunda. Saya enggak mau rugi karena nilai kurs. Kebanyakan BUMN merugi karena nilai kurs kan?" pungkasnya. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News