Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT LRT Jakarta mengaku sejak adanya pandemi virus corona (COVID-19) pendapatannya anjlok hingga 90%.
General Manager Corporate Secretary LRT Jakarta Arnold Kindangen mengungkapkan jumlah tren penumpang saat ini sudah mulai turun hanya di bawah 400 penumpang.
Baca Juga: Kemenhub rekomendasikan pembatasan moda transportasi di Jabodetabek
Pihaknya kini tengah memprioritaskan pelayanan dan menjalankan program pemerintah yang saat ini berorientasi pada keselamatan bersama untuk memutus rantai pandemi virus Covid-19 yang masif walaupun terjadi konsekuensi pada penurunan pendapatan.
"Estimasi penurunan pendapatan kurang lebih di 90%," ujar Arnold kepada kontan.co.id, Kamis (02/4).
LRT Jakarta juga angkat bicara perihal surat edaran Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Nomor 5 Tahun 2020 tentang pembatasan penggunaan transportasi publik yang bertujuan untuk mengurangi pergerakan masyarakat dari dan wilayah Jabodetabek sebagai langkah pencegahan Covid-19.
Baca Juga: BPTJ akan batasi akses dan angkutan Jabodetabek
Arnold menjelaskan, terkait surat edaran BPTJ tersebut, LRT Jakarta sudah memulai tindakan sejak 23 Maret 2020 dengan merubah kebijakan jam operasional dari pukul 06:00 - 20:00.
"Kami juga mulai melakukan pembatasan layanan dengan merubah headway dari 10 menit menjadi 30 menit per 31 Maret 2020,"
Baca Juga: Darurat sipil, mulai besok LRT ubah headway dari 10 menit menjadi 30 menit
Menurutnya, berdasarkan evaluasi tren jumlah penumpang yang mulai turun signifikan di tanggal 21 Maret 2020 dengan jumlah sudah di bawah 700 penumpang, sedangkan rata-rata tren jumlah penumpang LRT Jakarta di Februari sekitar 4000 penumpang.
LRT Jakarta juga sudah lebih ketat lagi dalam pembatasan penumpang, maksimal 30 orang per kereta dengan fokus pada Physical Distancing dari mulai antre masuk gate, antre masuk kereta, duduk hingga keluar kereta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News