kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak cuaca, produktivitas rumput laut Ende turun 11%


Kamis, 30 Desember 2010 / 18:26 WIB
Dampak cuaca, produktivitas rumput laut Ende turun 11%


Reporter: Asnil Bambani Amri, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini

ENDE. Dampak musim penghujan yang melanda Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) mempengaruhi produksi rumput laut petani. Produksi rumput laut sampai akhir tahun ini diprediksi hanya mencapai 800 ton atau mengalami penurunan 11% dibandingkan tahun lalu sebesar 900 ton.

“Terjadi penurunan produktifitas karena musim hujan yang tinggi sejak pertegahan 2010,” kata Willem Enga, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kab Ende, NTT, kemarin (30/12). Willem bilang, curah hujan yang tinggi itu merusak kualitas air laut karena banyak kotoran dari sungai masuki ke laut.

Curah hujan yang tinggi itu juga menurunkan kadar asin dari air laut, sehingga pertumbuhan rumput laut turut terganggu. Setelah petani merasakan dampak penurunan produksi, pada musim tanam berikutnya banyak petani yang enggan menanam bibit baru.

Untuk mengatasi itu, Willem bilang DKP Kab Ende memberikan bantuan berupa bibit rumput laut kepada petani. Bantuan bibit tersebut diharapkan bisa memberikan semangat kepada petani untuk kembali menanam. Willem mengaku masih ada harapan petani untuk menanam rumput laut karena harga jualnya yang masih gurih di tingkat petani. "Sekarang harganya itu berkisar antara Rp 8000- 10.000 per kg," jelas Willem.

Namun, hasil panen yang dijual itu tidak bisa diolah sendiri di Ende, tetapi harus dibawa ke pengumpul di Larantuka di Kabupaten Flores Timur setelah itu baru dibawa ke Surabaya. Rumput laut yang dijual petani itu masih berupa bahan mentah. Setelah di panen, petani menjemurnya Selama waktu tiga hari, setelah itu dikirim.

Butuh industri pengolahan

NTT merupakan salah satu propinsi yang memiliki potensi laut yang lebih besar dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Dari luas wilayah 247.000 ribu kilometer (km), setidaknya 200.000 ribu kilometer berupa lautan. Sementara potensi darat yang tersedia di NTT itu hanya seluas 47.000 km saja. “Kami adalah daerah kepulauan dan ini potensi kami,” kata Frans Lebu Raya, Gubernur NTT.

Frans bilang, selain garam, potensi dari laut yang bisa diandalkan daerah itu adalah rumput laut yang sudah dikembangkan di NTT sejak tahun 1988. Sayangnya, produksi rumput laut itu tidak disertai dengan pembangunan industri pengolahan rumput laut menjadi produk turunan. Akibatnya, Frans bilang daerahnya masih menjadi penyuplai bahan baku saja. “Selama ini kami kirim gelondongan ke Surabaya,” ucapnya saat menyambut kedatangan Wakil Presiden Boediono di Ende, NTT, Rabu (29/12) lalu.

Frans berharap, daerahnya tidak hanya mengekspor bahan baku itu saja tetapi juga mengekspor barang jadi atau setengah jadi seperti karagenan, odol, bahan kosmetika dan sebagainya. Ia menyatakan kalau NTT sudah sepantasnya memiliki industri pengolahan rumput laut karena sudah memiliki pasokan bahan baku 900.000 ton pertahun. “Saat ini kami membutuhkan industri yang mengolahnya,” kata Frans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×