kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.911.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.226   -37,00   -0,23%
  • IDX 6.878   -3,19   -0,05%
  • KOMPAS100 1.002   -0,07   -0,01%
  • LQ45 766   -0,64   -0,08%
  • ISSI 227   0,63   0,28%
  • IDX30 394   -0,39   -0,10%
  • IDXHIDIV20 456   -1,33   -0,29%
  • IDX80 112   0,04   0,04%
  • IDXV30 114   0,89   0,79%
  • IDXQ30 128   -0,45   -0,35%

Dampak negatif ditundanya pengembangan Blok Masela


Senin, 29 Februari 2016 / 21:18 WIB
Dampak negatif ditundanya pengembangan Blok Masela


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah belum juga memutuskan keputusan revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) I Blok Masela. Padahal jika terus ditunda, dinilai bisa menyebabkan kerugian bagi negara.

Berly Martawardaya, Ekonom INDEF sekaligus Dosen Ekonomi Energi dan Mineral di FE UI menyebut, jika pemerintah terus menunda keputusan terkait revisi POD I Blok Masela maka secara otomatis bagi hasil untuk pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah akan semakin lama tertunda.

Menurut hitungan dia, setelah blok tersebut berproduksi dan dikurangi cost recovery, pemerintah bisa mendapatkan 45% dari hasil produksi. Berdasarkan hail kajian lembaga penyelidikan ekonomi dan masyarakat Universitas Indonesia, penerimaan negara yang bisa didapat dari proyek Blok Masela dengan skema FLNG mencapai US$ 51,8 miliar dan pertumbuhan ekonomi sebesar US$ 126,3 miliar.

"Kalau tertunda setahun berarti kan tertunda setahun mendapatkan dana yang cukup lumayan tersebut. Contoh di Kutai Kartanegara saja setiap tahunnya bisa mendapatkan PDB daerah Rp 1 triliun, berarti kalau semakin ditunda tadinya bisa dapat tahun ini baru bisa dapat tahun depan atau tahun depannya lagi. belum bicara multiplier effect belum bicara masalah pekerjaan,"ujar Berly pada Senin (29/2) di Kantor INDEF Jakarta.

Belum lagi, dia khawatir, penundaan pengembangan Blok Masela berdampak pada kepercayaan usaha di Indonesia. Apalagi, Inpex Corporation yang menjadi operator Blok Masela yang telah berada di Indoensia selama 16 tahun dan telah menanamkan dana sebesar US$ 15 miliar.

"Bagaimana dengan investor yang mau masuk yang mungkin menanamkan dana US$ 1 juta atau US$ 5 juta bisa tidak dianggap. Kekuatiran ini juga penting diperhatikan sebagai signal bagi bisnis community,"jelas Berly.

Sementara itu, Kepala Unit Percepatan Proyek Abadi, Ketut Budiartha mengatakan keekonomian dari proyek Blok Masela akan dikaji ulang pada saat Inpex dan Shell melakukan Final Investment Decision yang ditargetkan bisa dilkakukan pada 2018 mendatang.

"Pada tahun 2018 direview lagi apakah masih layak untuk diteruskan walaupun harga LNG turun sedikit atau investasi naik sedikit. Ternyata keuntungan negara naik karena harga LNG naik atau justru penerimaan negara menurun karena investasi tinggi itu dikaji pada saat FID,"kata Ketut.

Begitu juga jika ternyata FID terlambat dilakukan maka akan dikaji sesuai dengan kondisi saat FID dilakukan. Namun, Ketut menyebut pemerintah juga harus memperhatikan jika pengambilan keputusan terlambat maka akan ada biaya yang harus ditanggung pemerintah.

"Kalau ini kan sudah mundur dari September 2015. Sementara keterlambatan keputusan itu juga ada biayanya, kalau setahun tidak diputuskan ada sekian miliar resiko pendapatan yang hilang," ujar Ketut.

Sementara itu, Inpex selaku operator Blok Masela berharap keputusan revisi POD I bisa segera diputuskan. Usman Slamet, Senior Manager Communicatioan and Relation Inpex mengatakan Inpex telah melakukan kajian yang mendalam dan sangat panjang untuk melakukan revisi POD I Blok Masela.

Inpex selaku investor pun telah mencapai kesimpulan bahwa opsi pengembangan lapangan gas Abadi di laut adalah opsi yang terbaik dari semua sisi baik itu dari sisi keekonomian, keteknikannya, multiplier effectnya, hingga resiko sosial terkecil.

"Dan kami berharap pemerintah segera memutuskan atau memberikan persetujuan terhadap usulan rencana pengembangan atau POD yang sudah kami sampaikan yang merupakan revisi pod pertama dulu yang sebetulnya sudah pernah disetujui sehingga pada tahun 2018 kami sudah bisa membuat keputusan menyelesaikan FID," jelas Usman pada KONTAN Senin (29/2).

Jika keputusan terus ditunda maka detail engeneering pun tertunda. Begitu pula dengan penyelesaian FID yang penting untuk pengembangan Blok Masela. Untuk itu Inpex dan Shell berharap pada tahun 2018 sudah bisa membuat FID.

Selain itu, Usman juga menyebut komitmen Inpex sebagai mitra pemerintah indonesia sudah berlangsung selam 50 tahun lalu dan berharap kemitraan tersebut bisa terus berjalan.

"Kami ingin terus menjadi mitra Indonesia yang baik ke depannya dan komitmen Inpex tetap bahwa jika revisi POD I disetujui pemerintah maka kami jelas akan tetap melakukan investasi di Blok Masela," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×