kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak pelemahan rupiah terhadap industri farmasi yang bahan bakunya impor


Jumat, 28 Februari 2020 / 19:04 WIB
Dampak pelemahan rupiah terhadap industri farmasi yang bahan bakunya impor


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri farmasi mengakui bahwa anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal memengaruhi pembelian bahan baku obat. Maklum, mayoritas raw material farmasi masih didapat dari impor.

Meski demikian, produsen tetap mengupayakan berbagai cara mulai dari manajemen stok hingga natural hedging guna mengantisipasi kinerja bisnis masing-masing.

Corporate Secretary PT Phapros Tbk (PEHA) Zahmilia Akbar, mengatakan, pelemahan rupiah pasti mempengaruhi industri farmasi yang hampir 90% bahan bakunya dari impor.

Baca Juga: Gara-gara corona, Kemenperin imbau industri farmasi cari sumber bahan baku lain

"Tetapi sebagai manufaktur farmasi kami wajib menyempurnakan supply chain, sehingga adanya perubahan faktor eksternal tidak berpengaruh pada naiknya harga obat ataupun berdampak langsung pada konsumen," terang Zahmilia kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Mengantisipasi fluktuasi kurs, manajemen bilang sudah melakukan kontrak jangka panjang dengan vendor dan suplier bahan baku paling tidak satu tahun. "Terutama untuk produk dengan kebutuhan besar di masyarakat dan fast moving," katanya.

Baca Juga: Ini strategi Indofarma (INAF) hadapi pelemahan rupiah

Kemudian PEHA juga melakukan natural hedging dengan mengimbangi melalui memacu penjualan ekspor. Walaupun saat ini ekspor PEHA masih di bawah 5% dari total revenue, namun perusahaan optimistis di 3 tahun mendatang porsi ekspor dapat lebih besar lagi

Mengenai, apakah perusahaan punya acuan rentang nilai kurs dolar AS? Zahmilia bilang, perusahaan menggunakan rentang nilai tukar rata-rata pada periode tiga tahun terakhir.

Opsi melakukan hedging tampaknya belum menarik bagi produsen farmasi. Honesti Basyir, Direktur Utama PT Bio Farma yang menjadi induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi mengatakan perusahaan di bawah induk belum akan melakukan aksi tersebut.

Baca Juga: Serap tenaga kerja banyak, nilai industri ampelas capai Rp 784 miliar dalam setahun

"Karena kalau untuk bahan baku, seperti PT Kimia Farma Tbk masih cukup untuk kebutuhan sampai dengan akhir tahun," terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2). Selain itu PT Bio Farma sendiri juga mampu menerapkan natural hedging dengan menggenjot ekspor.

Kata Honesti, perusahaan memiliki pendapatan bersih dalam bentuk dolar AS karena rajin mengekspor vaksin. Sebagaimana yang diketahui, Bio Farma di tahun lalu saja telah mengekspor 3,4 juta dosis vaksin ke Afrika Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×