Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danantara, tengah menjajaki kemitraan dengan perusahaan tambang asal Prancis Eramet SA untuk berinvestasi di proyek pabrik nikel di Weda Bay Industrial Park, Maluku Utara. Jika terwujud, ini akan menjadi investasi besar pertama dari Danantara sejak resmi diluncurkan.
Mengutip Bloomberg dari financialpost, sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan, Danantara dan Eramet berencana mengakuisisi sebagian saham pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) yang dimiliki mayoritas oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co. asal Tiongkok. Pabrik ini menghasilkan nikel dalam bentuk yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik (EV).
Diskusi masih berlangsung dan para pemangku kepentingan berharap dapat menandatangani nota kesepahaman (MoU) sebelum akhir bulan, meski rencana ini masih bisa berubah sewaktu-waktu.
Baca Juga: 2,5% Dividen BUMN Akan Dikelola Danantara Foundation, Untuk Apa Saja?
Konfirmasi dan Respons Pihak Terkait
Juru bicara Eramet mengonfirmasi adanya pembicaraan dengan Danantara namun menolak memberikan detail. Sementara Huayou Cobalt dan Danantara belum memberikan komentar resmi.
CEO Danantara, Rosan Roeslani, sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya diundang Eramet untuk ikut serta dalam proyek hilirisasi di kawasan industri Weda Bay. Ia juga menyebut bahwa Huayou tertarik memperluas investasinya dalam rantai pasok logam baterai Indonesia, terutama setelah LG Energy Solution dari Korea Selatan membatalkan proyek bernilai miliaran dolar di sektor serupa.
Strategi Investasi melalui BUMN
Menurut sumber, Danantara akan menyalurkan investasi ini melalui Mining Industry Indonesia (MIND ID), perusahaan holding tambang milik negara.
Baca Juga: Restrukturisasi BUMN Karya Bakal Telan Ratusan Triliun, Bagaimana Nasib Danantara?
Danantara, yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Februari 2025, dirancang untuk mengelola investasi strategis lintas sektor. Dana ini telah mengambil alih sejumlah BUMN besar dan menargetkan investasi senilai US$20 miliar di sektor-sektor seperti ketahanan pangan, energi, dan komoditas.
Bagi Eramet, yang telah mengoperasikan salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia, investasi ini menjadi peluang untuk memperkuat posisi dalam rantai pasok EV. Sebelumnya, Eramet membatalkan proyek HPAL bersama BASF dan permintaannya untuk meningkatkan kapasitas produksi tambang telah ditolak oleh pemerintah Indonesia.
Selanjutnya: Eramet Jajaki Kerja Sama dengan Danantara di Proyek Nikel Weda Bay
Menarik Dibaca: Amankah Konsumsi Kopi Pahit untuk Asam Lambung?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News