Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) semakin agresif mengukuhkan diri sebagai pemain utama industri baja kawasan.
Dalam ajang Iron Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025, emiten pelat merah ini menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Vietnam Steel Corporation, disertai komitmen konkret pengiriman Hot Rolled Coil (HRC) sebanyak 120.000 ton selama setahun ke depan.
Baca Juga: Menko Airlangga Dorong Kontribusi Krakatau Steel Perkuat Industri Baja ASEAN
“Ini menjadi langkah awal pemanfaatan penuh Pabrik Hot Strip Mill 1 pasca-recovery,” ungkap Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, dalam seremoni penandatanganan di Jakarta International Convention Center, Rabu (22/5) lalu.
Langkah ini bukan sekadar ekspansi pasca pemulihan pabrik, tapi juga sinyal kuat bahwa Krakatau Steel siap bersaing dan berkontribusi aktif dalam rantai pasok baja di kawasan ASEAN.
Peluang Pasar di Tengah Tekanan Impor
Kondisi industri baja Vietnam tengah mendapat sorotan. Menurut laporan Reuters, Asosiasi Baja Vietnam pada Februari 2025 mengusulkan tarif protektif terhadap baja galvanis impor dari China dan Korea Selatan, menyusul membanjirnya produk murah yang menggerus pasar domestik.
Baca Juga: Krakatau Steel dan Kemnaker Dukung Lingkungan Kerja Inklusif Penyandang Disabilitas
Di tengah tekanan ini, Krakatau Steel hadir sebagai mitra strategis dan sumber pasokan yang lebih stabil. Kerja sama ini membuka peluang penetrasi pasar regional yang lebih luas bagi Krakatau Steel.
Langkah Krakatau Steel ini mendapat dukungan penuh dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang turut membuka ISSEI 2025.
Dalam konferensi pers, Airlangga menekankan pentingnya sinergi intra-ASEAN dalam menghadapi ketegangan perdagangan global dan disrupsi rantai pasok.
“ASEAN adalah salah satu produsen baja terbesar dunia. Sudah saatnya kita perkuat kerja sama regional,” kata Airlangga.
Ia juga menyoroti sektor industri pengolahan sebagai tulang punggung PDB Indonesia, dengan kontribusi sebesar 19,25% pada kuartal I-2025.
Sementara itu, ekspor besi dan baja tumbuh rata-rata 22,18% dalam lima tahun terakhir, dan konsumsi baja nasional diproyeksikan meningkat dari 18,3 juta ton (2024) menjadi 47 juta ton pada 2035.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Krakatau Steel (KRAS) yang Cetak Rugi Bersih di Kuartal I-2025
Menuju Hub Baja ASEAN Bernilai Tambah
Kerja sama dengan Vietnam ini menjadi batu loncatan penting bagi Krakatau Steel dalam strategi regionalisasi. Setelah menjalin kemitraan dengan sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa, kini Krakatau Steel fokus menguatkan blok regional.
Tidak hanya mengandalkan ekspor baja mentah, Krakatau Steel mulai mendorong produk hilir bernilai tambah, seperti: Baja otomotif untuk kendaraan listrik, Baja pertahanan untuk mendukung industri strategis bersama PT Pindad dan PT PAL, dan Baja konstruksi ramah lingkungan bersertifikasi hijau.
TKDN dan Harmonisasi Spesifikasi ASEAN
MoU ini juga memperkuat komitmen Krakatau Steel terhadap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Selain memasok kebutuhan baja Vietnam, Krakatau Steel membuka peluang pertukaran material dan harmonisasi spesifikasi produk baja lintas negara ASEAN.
“Transformasi Krakatau Steel bukan slogan. Kami buktikan lewat efisiensi, teknologi, dan daya saing regional,” tegas Akbar Djohan.
Baca Juga: Pendapatan Naik, Rugi Bersih Krakatau Steel (KRAS) Membengkak di Kuartal I-2025
ISSEI 2025: Panggung Diplomasi Industri Baja ASEAN
MoU Krakatau-Vietnam menjadi bagian dari inisiatif besar yang diluncurkan dalam ASEAN Iron & Steel Council, hasil kesepakatan enam negara di ISSEI 2025: Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina.
Tujuannya: menciptakan integrasi pasar baja kawasan, memperkuat ketahanan rantai pasok, dan mendorong kolaborasi strategis di tengah tantangan global.
Diselenggarakan oleh IISIA bekerja sama dengan SEAISI, ISSEI 2025 yang berlangsung pada 21–23 Mei mengangkat tema “Baja Nasional, Daya Saing Regional.” Krakatau Steel menjadi contoh nyata realisasi tema ini.
Dari pabrik Hot Strip Mill di Cilegon hingga meja kerja sama di Hanoi, Krakatau Steel menunjukkan bahwa ekspansi regional bukan sekadar ambisi, melainkan strategi jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat baja ASEAN yang kompetitif dan berkelanjutan.
Selanjutnya: Syarat Gaji Orangtua untuk Daftar KIP Kuliah 2025 Jalur Mandiri
Menarik Dibaca: 5 Langkah Cerdas Memulai Menabung di Tahun 2025 yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News