kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   35.000   1,84%
  • USD/IDR 16.295   40,00   0,25%
  • IDX 7.045   -20,25   -0,29%
  • KOMPAS100 1.022   -2,15   -0,21%
  • LQ45 795   -1,03   -0,13%
  • ISSI 224   -0,62   -0,28%
  • IDX30 416   -0,26   -0,06%
  • IDXHIDIV20 491   -2,15   -0,44%
  • IDX80 115   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,37   -0,31%
  • IDXQ30 136   -0,37   -0,27%

Daya beli lesu, Pojok Busana tahan ekspansi


Selasa, 18 Juli 2017 / 16:52 WIB
Daya beli lesu, Pojok Busana tahan ekspansi


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. PT Aneka Maju Terus yang memiliki gerai ritel Pojok Busana tahun ini sangat berhati-hati dalam menjalankan ekspansi usaha. Kendati mengaku tetap akan melakukan ekspansi dengan membuka gerai Pojok Busana baru, namun manajemen mengaku tidak menargetkan berapa gerai baru yang akan dibuka tahun ini.

Tutum Rahanta, Direktur Pojok Busana mengaku faktor penurunan daya beli yang membuat perusahaan sedikit berhati-hati membuka gerai. Pasalnya, pembukaan gerai malah akan menjadi beban baru bila dilakukan dengan strategi yang salah. Apalagi catatan kinerja penjualan saat momentum puasa dan Lebaran tidak seperti yang diharapkan.

"Ekspansi tetap, ini agak sulit, balik lagi ke pemilik mall, kami bukan pemilik tapi penyewa. Kami tetap mencari kalau ada peluang," ujarnya kepada KONTAN, Senin (17/7).

Namun dirinya belum mau menargetkan berapa gerai baru yang akan dibuka. Yang jelas, pertimbangannya adalah lokasi yang sesuai dengan harga yang kompetitif. Selain itu, faktor permintaan di daerah tersebut juga menjadi acuan manajemen untuk membuka gerai baru. Namun sejauh ini, dirinya mengatakan pasar yang paling prospektif untuk Pojok Busana masih di luar Jakarta.

Saat ini, perusahaan masih fokus untuk mengembangkan 80 gerai Pojok Busana yang sudah eksis. Salah satu yang dilakukan Pojok Busana untuk tetap bertahan adalah adaptasi dengan perkembangan zaman. Hal ini dilakukan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, selain itu pendekatan melalui beragam cara juga dilakukan oleh perusahaan untuk bisa menarik konsumen baru.

Tutum bilang, daya beli yang lesu terlihat dari penjualan di momen puasa dan Lebaran yang tidak bisa tumbuh. "Penjualan Pojok Busana mengalami penurunan, saya kira pasti faktor semua yang paling mempengaruhi itu daya beli. Soal ini masyarakat tidak punya uang untuk dibelanjakan, itu saja intinya," ujarnya.

Kendati sudah melakukan serangkaian promo dan diskon menjelang Lebaran tetap pada tahun ini masyarakat masih menahan belanjanya. Apalagi momentum Lebaran juga berdekatan dengan tahun ajaran baru sekolah, yang membuat masyarakat lebih menahan belanjanya.

Roy N Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bilang, pada Lebaran tahun lalu penjualan sektor ritel masih menyentuh level 12%. "Tahun ini pertumbuhannya tinggal 5%-6%," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×