Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar sepeda motor nasional hingga pertengahan tahun 2024 menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) telah merevisi target penjualan sepeda motor nasional untuk tahun ini.
Penurunan Penjualan Sepeda Motor Nasional
Menurut data terbaru dari AISI, penjualan sepeda motor nasional mengalami penurunan sebesar 0,96% secara tahunan (year on year/YoY), menjadi 3.170.994 unit selama periode Januari hingga Juni 2024.
Segmentasi penjualan menunjukkan bahwa 90,36% dari total penjualan sepeda motor di Indonesia berasal dari skuter matik. Diikuti oleh motor bebek yang menyumbang 5,40% dan motor sport dengan kontribusi 4,60%.
Baca Juga: Pasar Otomotif Tertekan, Emiten Komponen Siapkan Strategi Antisipasi
Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, menjelaskan bahwa penurunan daya beli masyarakat sangat mempengaruhi kinerja industri sepeda motor di Indonesia.
Lonjakan inflasi pangan telah menyebabkan masyarakat lebih memprioritaskan konsumsi barang kebutuhan pokok daripada kendaraan bermotor.
Selain itu, suku bunga acuan yang masih tinggi membuat lembaga pembiayaan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit untuk pembelian sepeda motor.
Revisi Target Penjualan
Menanggapi kondisi tersebut, AISI memperkirakan bahwa penjualan sepeda motor nasional akan berada di kisaran 6,2 juta unit hingga 6,3 juta unit pada akhir tahun 2024.
Sebelumnya, AISI memprediksi penjualan sekitar 6,2 juta unit hingga 6,5 juta unit untuk tahun ini.
"Penjualan motor bisa mencapai 6,3 juta unit jika rata-rata penjualannya setiap bulan sekitar 530.000 unit," ujar Sigit pada Selasa (6/8).
Mencapai target penjualan tersebut tidaklah mudah bagi para produsen sepeda motor. Risiko penurunan daya beli masyarakat masih berpotensi berlanjut, terutama dengan adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengancam di beberapa sektor industri.
Beberapa anggota AISI juga mulai menyesuaikan harga jual sepeda motor di pasar, meskipun tetap berada di kisaran satu digit. Penyesuaian harga ini dipengaruhi oleh efek pelemahan kurs yang berkepanjangan.
Baca Juga: Investasi Pabrik Otomotif Terhambat, 81 Perusahaan Pemegang NIK Tidak Beroperasi
Kenaikan Harga Motor Impor
Di sisi lain, Teuku Agha, Kepala Departemen Penjualan & Pemasaran 2W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), mengungkapkan bahwa model-model sepeda motor Suzuki yang berstatus impor telah mengalami kenaikan harga.
Selain faktor kurs, penyesuaian harga juga mempertimbangkan dampak inflasi. "Motor baru Suzuki berstatus impor, sehingga pergerakan kurs sangat mempengaruhi produksi," tambahnya pada Selasa (6/8).
Meskipun mengalami kenaikan harga, Suzuki mengklaim bahwa mereka berhasil meningkatkan penjualan motor sekitar 30%-40% pada semester pertama tahun 2024.
Prospek penjualan sepeda motor Suzuki tetap positif, mengingat sepeda motor masih dianggap sebagai alat transportasi yang efektif dan efisien, baik untuk keperluan pribadi maupun usaha.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, industri sepeda motor nasional harus beradaptasi dengan cepat untuk mempertahankan kinerja dan mencapai target penjualan yang telah direvisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News