kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.895.000   -28.000   -1,46%
  • USD/IDR 16.295   15,00   0,09%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

DEN: Peningkatan impor LPG dan bensin tiap tahun indiskasikan krisis energi


Kamis, 12 November 2020 / 19:07 WIB
DEN: Peningkatan impor LPG dan bensin tiap tahun indiskasikan krisis energi
ILUSTRASI. Kapal tanker pengangkut liquefied natural gas atau LNG atau gas alam cair di perairan Batam, Kepulauan Riau, Senin (18/7)


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Energi Nasional (DEN) memastikan selama ini impor LPG dan bensin tercatat mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengungkapkan peningkatan impor tiap tahun mengindikasikan adanya potensi krisis energi untuk jenis komoditas ini.

Kondisi ini diperparah dengan sejumlah hal lain yang membuat krisis energi berpotensi terjadi.

"Belum ditemukan cadangan baru yang signifikan terutama minyak. serta perlu ada regulasi untuk cadangan penyangga energi," ungkap Djoko dalam diskusi virtual bersama Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas dan Geothermal  Indonesia (APMI), Kamis (12/11).

Djoko menambahkan, dalam kondisi ini angka impor minyak mentah juga tergolong masih cukup tinggi. Menurutnya potensi kebutuhan energi ke depan masih cukup tinggi.

Untuk itu dibutuhkan kesiapan pemerintah dalam hal regulasi terkait cadangan energi.

Apalagi, pemerintah saat ini berencana membangun kilang yang akan meningkatkan kapasitas pengolahan mencapai 1,8 juta barel per hari.

Baca Juga: Bisa hemat Rp 1,2 triliun, konversi BBM ke LNG untuk kereta api dilakukan bertahap

Ia memastikan, masih ada ruang untuk mengisi kebutuhan minyak dalam negeri demi memastikan kilang yang dibangun nanti dapat terpenuhi kebutuhannya.

Mengingat saat ini angka produksi dalam negeri baru mencapai 710 ribu barel per hari.

"Perlu cari cara agar anggota APMI ini rignya kepakai, kemudian untuk POD lapangan segera minta tambahan ke Menteri ESDM supaya ekonomis," kata Djoko.

Selain itu, Djoko turut mengkritisi pelaksanaan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang selama ini belum signifikan, menurutnya saat ini perlu percepatan demi memastikan EOR terlaksana.

Selain itu upaya eksplorasi juga perlu didorong pasalnya pemerintah tercatat telah menyiapkan US$ 2,5 miliar guna mendorong kegiatan seismik dan pengeboran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×