Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
TAAMBUN. Produsen komponen otomotif global, Denso, diketahui tengah mengembangkan teknologi baru baterai dan motor listrik untuk kebutuhan pasokan mobil hibrida. Dua komponen utama ini akan lebih ekonomis ketimbang yang digunakan produsen otomotif global sekarang ini.
"Saya dapat informasi kalau Denso lagi riset mengembangkan baterai yang ukurannya lebih kecil, dan motor listrik yang lebih murah, tapi butuh waktu dua sampai tiga tahun untuk sampai ke masyarakat," jelas Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian di Tambun, Jawa Barat, Kamis (5/6).
Ketika komponen utama mobil hibrida atau listrik ini terwujud, Pemerintah Indonesia akan lebih efektif dalam menggulirkan program mobil ramah lingkungan (Low Emmision Carbon), sesuai naungan hukum Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2013. Saat ini, Indonesia sudah berhasil mengajak Denso untuk menambah investasi baru di Indonesia untuk memproduksi engine control unit (ECU).
ECU itu, lanjut Budi, juga akan dikembangkan untuk mobil-mobil baru, termasuk teknologi hibrida, serta memasok ke pasar global.
Selain Denso, Budi juga mendapat informasi dari "intelejen industri" perusahaan lain, kalau tengah dikembangkan teknologi baru dari tiga komponen mobil ramah lingkungan, yakni baterai, motor listrik, dan transmisi kopling ganda. Selain lebih efisien, harga komponen ini bisa menekan banderol mobil hibrida di pasar lebih ekonomis, dari saat ini 40 persen lebih mahal dari mobil konvensional, menjadi tinggal 25 persen.
"Kalau sudah terwujud, kita tinggal jalan. Memang, dari segi harga mobil hibrida tetap lebih mahal dari konvensional, karena menggunakan dua mesin (bensin dan motor listrik), tapi dari biaya operasional, apalagi kalau BBM naik, jauh lebih ekonomis bagi konsumen," papar Budi.
Bersaing
Seperti diketahui, Thailand sudah ditunjuk sebagai salah satu basis produksi mobil hibrida oleh Toyota untuk pasar global. Sementara itu, pemerintah Malaysia juga sudah menyiapkan insentif khusus bagi prinsipal otomotif, untuk mengembangkan perakitan lokal mobil hibrida.
Jika menunggu dua sampai tiga tahun, ditakutkan momentum menarik investasi prinsipal otomotif global untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan akan terlambat.
"Saya pikir tidak akan terlambat. Malaysia juga masih mengembangkan (hibrida murah), Thailand juga belum, sementara Indonesia sudah punya perusahaan pemasoknya (Denso) investasi lebih dulu di sini, sementara mereka belum. Kalau sudah siap, tinggal jalan," beber Budi. (Agung Kurniawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News