Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Industri sepatu dalam negeri terpaksa memangkas harga jual untuk pasar ekspor menyusul turunnya harga sepatu China di pasar global. Produk-produk dari Cina menjadi lebih murah setelah pemerintah Negeri Tirai Bambu itu melakukan devaluasi mata uang yuan.
Eddy Widjanarko, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengatakan, harga jual sepatu Indonesia ke negara tujuan ekspor terpaksa turun 3%-5% mengikuti harga jual produksi sepatu China yang jadi lebih murah karena devaluasi tersebut.
"Kemarin China baru lakukan devaluasi yuan, harga jual China bisa 3%-5% lebih murah dari Indonesia. Maka kami pun juga terpaksa turunkan harga jual," ujar Eddy.
Kebijakkan devaluasi yuan memang dimaksudkan untuk meningkatkan ekspor produk China. Harga jual produksi China menjadi turun atau murah, sehingga lebih digemari di pasar ekspor. Alhasil, industri manufaktur Indonesia terpaksa ikut menurunkan harga jual mereka untuk ekspor.
Kendati industri sepatu berorientasi ekspor, naiknya dollar Amerika Serikat (AS) tidak serta merta meningkatkan ekspor industri sepatu. "Buyer ekspor juga lihat kurs. Apalagi dengan China keluarkan devaluasi itu, persaingan di negara tujuan ekspor masih ketat," ujar Eddy.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor industri alas kaki Indonesia pada periode Januari-Maret tahun ini lebih dari US$ 982,66 juta. Adapun negara tujuan ekspor meliputi Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News