Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten komponen otomotif PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) menuturkan kinerja perseroan masih tetap tangguh menuju kuartal II 2024.
Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengatakan bahwa kinerja di kuartal I 2024, kinerja industri otomotif baik dari roda dua dan roda empat bisa dikatakan cukup lemah.
"Pelemahan terasa khususnya di roda empat, sedangkan untuk roda dua juga mengalami penurunan walau tidak sedalam segmen roda empat. Namun demikian, di tengah lemahnya industri otomotif, DRMA masih berhasil mencatat penjualan, kami cukup resilien dan tangguh menghadapi perlambatan tersebut," paparnya kepada Kontan, Jumat (10/5).
Baca Juga: Suku Bunga Naik, Begini Strategi yang Disiapkan Dharma Polimetal (DRMA)
Berdasarkan laporan keuangan DRMA kuartal I 2024, perseroan mengantongi penjualan neto senilai Rp 1,33 triliun. Angka ini merosot 7,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY) sebesar Rp 1,44 triliun pada kuartal I 2023.
pendapatan operasi lain-lain DRMA anjlok 76,31% (YoY) menjadi Rp 21,38 miliar. Hasil ini membuat laba usaha DRMA terpangkas 33,44% (YoY) dari Rp 270,52 miliar menjadi Rp 180,05 miliar pada kuartal I-2024.
Laba neto periode berjalan DRMA pun turun hingga 37,85% secara tahunan, dari sebelumnya Rp 219,07 miliar menjadi Rp 136,14 miliar pada kuartal I 2024. Secara bottom line, DRMA meraih laba bersih Rp 133,40 miliar hingga 31 Maret 2024.
Keuntungan DRMA pada tiga bulan pertama 2024 itu mencerminkan penurunan 38,25% dibandingkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I 2023 yang kala itu sebesar Rp 216,05 miliar.
Baca Juga: Gelar RUPST, Itama Ranoraya (IRRA) Angkat Jajaran Direksi Baru
Lebih lanjut, DRMA melanjutkan walau ada penurunan penjualan domestik kendaraan roda dua dan roda empat, namun penurunan penjualan Perseroan relatif masih lebih baik dibandingkan penurunan industri itu sendiri.
Pendapatan dari segmen roda empat turun, namun dari segmen roda dua DRMA masih meningkat. Pihaknya menyatakan, beberapa hal ini disebabkan karena pihaknya terus melakukan improvment dalam hal efisiensi dan produktivitas, berusaha meningkatkan market share dan tentunya tetap fokus dalam menjaga quality, cost & delivery (QCD) terkait dengan komponen yang kami produksi.
"Untuk itu, kami tidak hanya akan memperkuat posisi pasar kami terkait produk-produk yang telah ada, tetapi juga memiliki potensi untuk memperluas pangsa pasar kami dengan peluncuran model-model baru di masa mendatang," ujarnya,
Baca Juga: Laba Dharma Polimetal (DRMA) Turun 38,25% Jadi Rp 133,40 Miliar pada Kuartal I-2024
Tahun ini, dengan memperhatikan kondisi pasar otomotif baik dari roda dua dan roda empat, DRMA tetap mempertahankan target pertumbuhan pendapatan dan laba secara konservatif sebesar minimal 10%.
DRMA menyatakan, target ini merupakan target pertumbuhan bisnis organik yang ditetapkan setelah dikurangi nilai negative goodwill yang dibukukan di tahun 2023.
Adapun pertumbuhannya akan didorong oleh kompetensi Perseroan dalam mendapatkan new model, new market share, new customer, serta optimalisasi dari performa kami dalam hal QCD (quality, cost & delivery).
Untuk tahun 2024, belanja modal alias capex Perusahaan dialokasikan sebesar Rp 300 miliar, yang akan difokuskan pada persiapan model-model baru yang akan diproduksi pada tahun 2024 dan 2025.
" Jumlah tersebut juga sudah termasuk dalam anggaran untuk kedua pabrik baru kami. Salah satunya telah rampung di Kuartal 1 kemarin, sementara yang satu lagi diharapkan akan rampung di Kuartal 2 ini," lanjutnya.
Irianto menjabarkan, sejak akhir tahun 2023 hingga kuartal I 2024, pihaknya melihat situasi makroekonomi yang sangat fluktuatif dan berdampak kepada semua pelaku bisnis, termasuk industri leasing dan bank yang saat ini lebih berhati-hati dalam memilih pelanggan.
Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Diuntungkan Outlook Positif Penjualan Otomotif
Beberapa alasan di balik kehati-hatian ini melibatkan penguatan nilai tukar USD terhadap rupiah, ketegangan geopolitik, dan potensi inflasi yang tinggi, terutama dari sektor pangan dan komoditas.
Kenaikan harga ini berpotensi mempengaruhi daya beli, biaya logistik, dan transportasi, yang berpotensi menurunkan daya beli di masyarakat, serta munculnya risiko orang kesulitan untuk membayar bunga pinjaman. Selain itu, DRMA juga melihat di awal tahun 2024 terdapat pemilu yang membuat masyarakat dan Perusahaan cenderung mengambil sikap wait and see.
Meskipun begitu, pasar otomotif di Indonesia masih menunjukkan prospek yang positif. Jika kita melihat data kepadatan mobil per 1000 penduduk, Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Pemerintah juga tengah aktif berinvestasi dalam infrastruktur, terutama di jalan tol, serta pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan populasi mobil.
Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga Ancam Kinerja Sektor Otomotif
"Selain itu, dengan adanya beberapa insentif dari pemerintah untuk merek-merek otomotif yang berkomitmen untuk lokalisasi pabrik mobil di Indonesia, pasar otomotif kita di masa depan akan semakin ramai. Dengan lokalisasi, permintaan akan komponen juga akan semakin meningkat, memberikan dampak positif bagi industri komponen," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News