kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di 2016, Krakatau tetap andalkan baja gulungan


Kamis, 24 Desember 2015 / 16:43 WIB
Di 2016, Krakatau tetap andalkan baja gulungan


Sumber: Antara | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk untuk tahun 2016 tetap akan mengandalkan produk baja gulungan, baik itu dalam bentuk canai panas (hot rolled coil) dan dingin (cold rolled coil) serta masih menjadikan pasar lokal sebagai sumber pendapatan.

"Produk kami berupa baja gulungan canai panas dan dingin masih mendominasi pasar nasional dengan pangsa masing-masing 37% dan 28%," kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (Persero), Sukandar di Jakarta, Kamis (24/12).

Sukandar mengatakan ke depan perseroan akan terus mempertahankan produk tersebut meskipun harga dan permintaan pasar baja internasional masih melemah.

Permintaan baja China turun sebesar 7,5% di bulan Juli 2015, merupakan penurunan terbesar sejak krisis finansial 2008, sedangkan untuk tahun ini diperkirakan turun sebesar 3,4% (YoY).

Kondisi ini membuat produsen baja di China mengalihkan ke pasar internasional, yang ditunjukkan oleh kenaikan ekspor baja China sebesar 32,1% (YoY) di bulan September 2015 dan menyebabkan kelebihan pasokan di pasar global, sehingga berdampak pada turunnya harga di pasar global.

Akibatnya berdampak kepada perseroan, dalam RUPS Rabu (23/12) diumumkan pendapatan bersih pada kuartal III 2015 turun sebesar 27% (YoY). Hal ini yang disebabkan oleh penurunan volume penjualan dan harga jual rata-rata produk baja.

World Steel Association (WSA) memproyeksikan penurunan permintaan baja global sebesar 1,7% menjadi 1.513 juta ton tahun 2015, terutama disebabkan oleh melemahnya perekonomian China. Untuk tahun 2016 permintaan baja global diprediksi tumbuh sebesar 0,7% dengan ekspektasi perekonomian China mulai pulih.

Penurunan harga baja juga terjadi di pasar Indonesia karena stagnannya permintaan di semester I 2015. Namun permintaan baja sedikit menguat pada kuartal IV 2015 setelah pemerintah mulai merealisasikan belanja untuk proyek-proyek infrastruktur.

Proyek-proyek infrastrukur pemerintah yang mulai terealisasi pada akhir 2015 akan memberikan dampak postif bagi industri besi dan baja. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) sebagai produsen besi dan baja nasional mulai mencatatkan peningkatan volume penjualan pada kuartal III 2015.

Sukandar mengatakan perusahaan telah melakukan revaluasi aset tetap pada kelompok aset tanah perusahaan pada September 2015. Hasil revaluasi aset tetap sudah dimasukkan dan tercermin dalam laporan keuangan konsolidasi perseroan per 30 September 2015.

"Hasil penilaian ulang aset menggambarkan aset Perseroan meningkat 36,13% pada kuartal III 2015 menjadi US$ 3,545 juta dari sebelumnya US$ 2,604 juta pada kuartal III 2014," jelas Sukandar.

Ia mengemukakan sebagai dampak revaluasi aset tersebut, perseroan membukukan laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 910,9 juta, jika dibandingkan pada kuartal III 2014 mencatatkan rugi koprehensif sebesar US$ 109,8 juta.

Dengan dampak ini perseroan juga yang menghasilkan kenaikan nilai ekuitas Perseroan pada kuartal III 2015 menjadi US$ 1.794,9 juta.

Sementara itu, Direktur Pemasaran PT KS Dadang Danusiri mengatakan langkah sinergi antar BUMN bisa memberi dampak positif dan meningkatkan volume penjualan perseroan.

Dia mengatakan pihaknya berupaya memenuhi permintaan baja dari proyek-proyek infrastruktur BUMN, seperti proyek jembatan, pabrik semen, Light Rail Transit (LRT), proyek pipa gas, dan proyek jaringan transmisi listrik 46.000 kilo meter sirkit (KMS) PLN.

Menurutnya, pesanan baja yang diterima PTKS meningkat tajam, seiring respons pasar yang positif terhadap berbagai kebijakan yang diambil pemerintah. Sebagai contoh, sinergi BUMN karya dengan PTKS kemudian pengadaan tabung LPG, jembatan, dan pembuatan kapal, serta realisasi belanja pemerintah untuk proyek-proyek infrastruktur.

"Sepanjang Juni hingga Agustus 2015, pihaknya telah menandatangani kerja sama untuk memasok baja ke berbagai pihak, seperti PT NS Bluescope Indonesia, PT Fumira, Cedex Steel and Metals Pty Ltd, dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Dengan PT NS Bluescope Indonesia, PTKS telah meneken perjanjian Long Term Supply Agreement (LTSA)," ujar Dadang.

Dadang juga menyambut baik rencana pemerintah yang akan melakukan ekspansi dalam pembangunan transmisi listrik, yang bahan baku utamanya adalah baja. Apalagi, PT KS sebagai industri baja nasional diharapkan oleh pemerintah sebagai pemasok utama bahan baku untuk pembangunan transmisi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×