kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di era new media, komunikasi melalui Influencer dinilai lebih relevan


Sabtu, 05 September 2020 / 15:54 WIB
Di era new media, komunikasi melalui Influencer dinilai lebih relevan
ILUSTRASI. JAKARTA,04/04-ILUSTRASI MEDIA SOSIAL. KONTAN/Fransiskus Simbolon/04/04/2019


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Yose Rizal, Pendiri Mediawave menambahkan, ia merasa heran jika ada tagar dukungan ke pemerintah, seringkali diasosiasikan ada relasi transaksional. Padahal, dari fakta yang ada dukungan ke pemerintah pun banyak yang organik.

Bahkan data Mediawave, dari 1 Januari 2008 hingga 31 Mei 2020, terdapat 3,3 twit dukungan ke pemerintah, dan 9 juta twit yang mengkritik. 9 juta twit itu juga diorkestrasi. Artinya ada tiga kali lipat yang menyerang pemerintah.

“Influencer yang mendukung pemerintah, dideligitimasi menjadi buzzeRp, padahal ini kurang etis. Bahkan artis yang mendukung isu tertentu dijelekkan, disebarkan seolah yang dilakukan salah. Justru menggunakan influencer, menggunakan saluran media baru, anggaran lebih kecil, menggemat APBN, ketimbang iklan di Tv,” ucapnya.

Seringkali juga dilupakan, mereka yang menyerang tokoh negara, misal Presiden, tidak pernah dikupas tuntas media, siapa saja mereka, siapa yang membiayai, apa kepentingannya. Padahal lambang negara seringkali dijelekkan dengan tidak pantas.

Dan notabene itu melanggar hukum.  Dan di Indonesia, negara pun tidak ambil tindakan berlebihan. “Jelas di sini bahwa Indonesia tidak berada di satu negara otoriter,” ujarnya. 

Fadjroel Rachman, Jubir Presiden Joko Widodo, menambahkan di tengah era new media, komunikasi pemerintah saat ini lebih horisontal, sharing, dan mengajak semua pihak berpartisipasi.

Juga, menggunakan berbagai jaringan yang ada. Baik jaringan di level pemerintah, relawan, stafsus, dll, untuk mengomunikasikan kegiatan pemerintah. Jika pun dengan tokoh publik, artis, juga tidak selalu ada relasi transaksional.

Misal, mengundang Maia Estianty ke Istana Presiden, dalam rangka sosialisasi agar membantu masyarakat menggunakan masker untuk melindungi diri mencegah Covid-19.  Jadi, penggunaan influencer, semata karena lanskap komunikasi sudah berubah.

Baca Juga: Pakai jasa influencer, pemerintah Jokowi dinilai tak percaya diri

Pemerintah menggunakan apa yang menjadi tren dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Ia pun menjamin, pemerintah bersikap fair baik terhadap media baru maupun media konvensional.  

Saat ini waktu yang dihabiskan orang di internet, mencapai 7 jam 59 menit, bahkan untuk Medsos sekitar 3 jam 26 menit. Sementara untuk televisi hanya 3 jam. Landscape komunikasi sudah berubah. 

"Jadi tidak ada masalah dengan problem influencer ini. Ini adalah fakta baru dan tidak ada yang bisa menahannya, kita manfaatkan sebaik baiknya," kata Fadjroel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×