kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dihadang pandemi, industri mamin dan logam dasar masih bertaji


Kamis, 23 Juli 2020 / 13:49 WIB
Dihadang pandemi, industri mamin dan logam dasar masih bertaji
ILUSTRASI. Aktivitas produksi di industri logam


Reporter: Agung Hidayat, Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari

Sementara itu, kinerja gemilang yang dicatatkan oleh industri logam dasar merupakan bukti berjalannya kebijakan hilirisasi di sektor tersebut. Artinya, dengan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam kita, hasilnya adalah penerimaan devisa dari ekspor. Selain itu, multiplier effect lainnya, aktivitas industri dapat menyerap tenaga kerja.

Apalagi, industri logam dikategorikan sebagai mother of industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan produksi di sektor lain seperti industri otomotif, maritim, elektronik, dan sebagainya. Kontribusi ini yang membuat industri logam dasar dinilai berperan menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional.

"Kami sedang mendorong industri logam siap memasuki era industri 4.0 dengan menerapkan teknologi digital. Tujuannya agar bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Jadi, industri 4.0 bukan untuk mengurangi tenaga kerjanya, tetapi memacu added value manusianya, papar Agus. Selain itu, industri logam dasar punya orientasi pasar ekspor yang potensial sehingga produknya perlu didorong go internasional," sambungnya.

Baca Juga: Kemenperin sokong industri modifikasi kendaraan

Industri pengolahan nonmigas masih konsisten menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada periode Januari-Juni tahun 2020, total nilai pengapalan produk sektor manufaktur menembus hingga US$ 60,76 miliar atau menyumbang 79,52% dari keseluruhan angka ekspor nasional yang mencapai US$ 76,41 miliar.

Kemenperin mengatakan akan menjaga momentum saat ini dengan percepatan stimulus sektor manufaktur pada semester II-2020. Percepatan stimulus ke sektor manufaktur dapat mendorong industri berorientasi ekspor untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Hal tersebut dilakukan untuk memanfaatkan potensi permintaan pada negara mitra dagang Indonesia.

Adapun sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor secara signifikan pada semester I 2020 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, antara lain adalah industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya yang naik sebesar 16,6% dengan nilai ekspor mencapai US$ 578,3 juta. 

Berikutnya, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (naik 15,2% dengan nilai ekspor US$ 317 juta), serta industri pencetakan dan reproduksi media rekaman (naik 15% dengan nilai ekspor US$ 15,92 juta).

Selanjutnya, industri furnitur, naik 12,8% dengan nilai ekspor US$ 1 miliar. Indonesia kini berada di peringkat ke-8 negara pengekspor furnitur terbesar ke Amerika Serikat. Total nilai pengapalan produk furnitur Indonesia ke AS pada 2019 tercatat sebesar US$ 1,04 miliar atau naik 29,1% dibanding tahun 2018 yang mencapai US$ 808,77 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×