Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Percepatan penerapan Biodiesel untuk campuran bahan bakar solar sebanyak 30% (B30) dinilai bisa merugikan pengusaha truk. Sebab, kadar minyak sawit (crude palm oil/cpo) dapat berakibat pada pemborosan pengunaan bahan bakar dan berpengaruh pada biaya maintenance mesin.
Hal itu dikemukakan oleh Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indoensia (Aptrindo), Kyatmaja Lookman. Apalagi, pengguna biodiesel paling banyak adalah kendaraan jenis truk.
Dalam penggunaan bahan bakar, penerapan B20 boros sekitar 3%. Lookman mengkhawatirkan B30 akan semakin boros. Sedangkan pada mesin, dia juga khawatir B30 ini bisa menghasilkan lapisan seperti jelly pada mesin karena tingginya lemak pada produk tersebut.
"Kalau ada tambahan beban biaya seperti itu, siapa yang akan tanggung? Marjin keuntungan kita tipis, nggak sampai 10%. Kalau sampai tergerus lagi akan sangat berarti buat temen-temen," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/7).
Lookman menyebutkan, ada sekitar 6 juta truk dan untuk yang jenis medium didominasi perusahan jenis UMKM. Karenanya, Lookman menyebutkan, harus ada mitigasi untuk mengantisipasi resiko yang mungkin ditimbulkan dari percepatan ini.
"Ada tiga hal yang harus diperhatikan. Jadi kalau lebih boros gimana? Maintenance nya gimana? garansi dari APM (pabrikan mobil) seperti apa?" ungkap Lookman.
Dia pun berharap, keputusan yang dibuat ini bisa menguntungkan semua pihak dan tidak merugikan pihak tertentu. Karenanya, harus ada kajian lebih mendalam untuk memitigasi resiko-resiko yang mungkin terjadi.
"Juga jangan sampai ada kesan menguntungkan pihak tertentu. Perusahaan sawit pasti diuntungkan, otomotif juga karena meng-upgrade kendaraan, pemerintah juga diuntungkan dengan penghematan. Tapi harus diingat, kalau petani sawit ada 7 juta, kita juga ada 6 juta truk, supirnya bisa lebih," tandas Lookman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News