Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
Sayangnya, permintaan fasilitas penunjang ini tidak dibarengi dengan perkembangan proyek kilang. Menurut catatan, perkembangan proyek bahkan belum mencapai 5%.
Selain itu, Jokowi turut menyoroti proyek kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI) Pertamina yang dinilai lamban. Padahal, pengembangan petrokimia dan industri turunannya diyakini bisa menekan angka impor sejumlah produk.
"Ini barang substitusi impor ada di situ semuanya. Turunan dari ini banyak sekali yang petrokimia di situ," tegas Jokowi.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 melandai, PGN optimistis volume penjualan gas tumbuh lagi
Jokowi bahkan mengakui pernah membentak direktur utama Pertamina Nicke Widyawati karena progres yang disampaikan merupakan sesuatu yang sudah berkali-kali didengar.
Jokowi melanjutkan, jika pengembangan petrokimia berjalan maka Pertamina dan pemerintah sama-sama memperoleh keuntungan. Jika substitusi impor berjalan maka bakal berdampak pada membaiknya neraca perdagangan serta neraca transaksi berjalan.
Dikonfirmasi terpisah, Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, Ifki Sukarya menjelaskan, proyek pengembangan petrokimia di TPPI terdiri dari dua proyek yakni revamping Aromatic TPPI dan pembangunan petrokimia olefin.
Ifki mengungkapkan untuk revamping aromatic TPPI terbagi lagi menjadi dua fase. "Fase I, pembangunan Outside Battery Limit (OSBL) 5 unit tangki untuk memaksimalkan produk paraxylene 600 ribu ton," ujar Ifki kepada Kontan, Minggu (21/11).
Baca Juga: Pertamina Trans Kontinental terapkan digitalisasi untuk memonitor operasi peralatan
Ifki melanjutkan fase I diharapkan rampung akhir Desember 2021 mendatang. Kemudian fase 2 meliputi upgrading Inside Battery Limit (ISBL) untuk meningkatkan kapasitas dari 600 KTA menjadi 780 KTA yang ditargetkan akan selesai di 2023 nanti. Serapan investasi untuk kedua fase ini mencapai US$ 238 juta.
Sementara itu, untuk Proyek pembangunan petrokimia olefin saat ini dalam proses tender untuk pembangunan. "Meliputi Basic Engineering Design, Front End Engineering Design (FEED) dan eksekusi project (EPC) dimana ditargetkan beroperasi tahun 2025," jelas Ifki.
Kehadiran proyek ini diharapkan mampu menghasilkan produksi polyprohylene dan polyethylene dengan serapan investasi mencapai US$ 3,9 miliar.
Selanjutnya: Harga minyak dunia tinggi, Pertamina masih kaji tren harga rata-rata MOPS/Argus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News