kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Diversifikasi pangan dinilai dapat memperkuat ketahanan pangan nasional


Rabu, 09 September 2020 / 15:32 WIB
Diversifikasi pangan dinilai dapat memperkuat ketahanan pangan nasional
ILUSTRASI.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA, Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan pengembangan diversifikasi pangan berbasis  kearifan lokal yang fokus kepada satu komoditas utama per provinsi.

Diversifikasi pangan difokuskan kepada enam pangan lokal sumber karbohidrat non beras diantaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri,  mengatakan bahwa  Kementan memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang sebanyak 267 juta jiwa harus tercukupi. Oleh karena itu, diversifikasi akan membantu ketahanan pangan  masyarakat.

“Ada potensi pangan lokal yang luar biasa dalam mendukung program diversifikasi pangan. Kita memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan,” ujar Kuntoro dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian bertemakan “Diversifikasi Pangan Kokohkan Ketahanan Pangan Nasional”, di Jakarta, Selasa (8/9/2020).

Baca Juga: Dorong lapangan pekerjaan baru, Oke Oce gandeng Dompet Dhuafa

Pembicara yang hadir antara lainm Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementan Riwantoro, Kepala Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB University,Sahara dan Petani Milenial, Sandi Octa Susila.

Dari segi produktivitas, dikatakan Kuntoro, potensi produktivitas ubi kayu mencapai 10 ton per hektare dan pisang potensinya dapat mencapai 80 ton per hektare. Selanjutnya, perlu mendorong pasar untuk memperkenalkan produk. “Jadi imejnya pangan lokal harus ditingkatkan supaya menarik semua orang untuk konsumsi,” jelasnya.

Badan Ketahanan Pangan Kementan memiliki strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal. Riwantoro menjelaskan bahwa diversifikasi pangan untuk kebutuhan makan masyarakat ini jadi pedoman.

Karena itu, pemerintah berkomitmen menjaga kebutuhan pangan dan mencegah masyarakat kelaparan di saat pandemi covid-19. Ketika BMKG menyebut akan ada kekeringan. Era new normal ada program peningkatan ketersediaan pangan.

Saat ini, setiap provinsi difokuskan memproduksi panganan lokal selain beras. Ada enam komoditas pangan diantaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.

Baca Juga: Pola pikir dalam memelihara lahan gambut dinilai mesti berubah

"Secara konsistem menggalakkan diversifikasi pangan di wilayah masing- masing dan menjadi sebuah gerakan,bahkan di pekarangan rumah," jelas dia.

Riwantoro menyebutkan diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras.

Dalam lima tahun ke depan, Kementan menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7%. Khusus tahun 2020 rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun. Hingga tahun 2024 mendatang, ditargetkan konsumsi sudah turun 7 persen ke posisi 85 per kg per kapita per tahun.  

Penurunan itu setara 1,77 juta ton senilai Rp 17,78 triliun. Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun.

"Kami targetkan ada satu penurunan pangan beras kita dan itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokalnya. Peluang diversifikasi besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM,” ujarnya.

Sahara menuturkan pandemi Covid-19 menjadi momentum tepat untuk mempercepat diversifikasi pangan. Karena itu, pola padang  harus diubah bahwa beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat.  Karena selama ini,  pemerintah masih terlalu fokus pada pengembangan pangan jenis beras. Padahal, Indonesia memiliki ragam jenis pangan yang sangat berlimpah.

Saat ini, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.

Baca Juga: Jaga ketahanan pangan, BRG dorong penanaman sagu seluas 100 hektar di lahan gambut

Namun, konsumsi beras per kapita yang terlampau tinggi. Menurut Sahara, kondisi tersebut kontra produktif lantaran dapat menghambat investasi dan pengembangan produk pangan selain beras. “Efeknya, kemampuan kita memproduksi pangan lokal secara kontinu rendah. Belum lagi bicara soal teknologi pengolahan pangan lokal yang masih terbatas,” ujarnya.

Dikatakan Sahara, diversifikasi pangan tidak hanya untuk pangan pokok, tetapi juga pada upaya mendorong keragaman konsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung protein, serat dan vitamin yang tinggi. Makanya, upaya diversifikasi pangan harus dilakukan secara terintegrasi melalui aspek permintaan dan suplai.

Sandi Octa Susila menuturkan bahwa petani milenial juga mendukung diversifikasi pangan lokal. Bahkan  sudah melakukan ekspor mokaf atau tepung singkong dan sagu. Untuk itu, ia meminta potensi lahan harus dioptimalkan untuk budidaya. Selain itu, perlu juga membangun kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan pangan lokal.

Selanjutnya: Tambah pasokan pangan, Mentan sebut masih butuh perluasan lahan 200.000 ha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×