kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Diversifikasi Pangan, Usulan Beras Sagu untuk Makan Siang Gratis Perlu Didukung


Selasa, 30 Juli 2024 / 18:23 WIB
Diversifikasi Pangan, Usulan Beras Sagu untuk Makan Siang Gratis Perlu Didukung
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Jakarta, Senin (29/7).


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki potensi luas lahan sagu terbesar di dunia, yakni sebesar 85% atau 5,5 juta hektare (ha) lahan sagu dari 6,5 juta ha lahan sagu di dunia. Hanya saja, pengembangan komoditas sagu masih belum maksimal. 

Atas dasar itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan, penggunaan beras analog sagu dalam program makan bergizi gratis guna mendukung ketahanan pangan Indonesia. Pertimbangannya, beras analog sagu merupakan sumber alternatif karbohidrat yang dapat menjadi bahan utama makanan pokok selain nasi.

Baca Juga: Pacu Ekonomi Rakyat, Indonesia Berpotensi Tumbuhkan Industri Olahan Sagu

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah menilai, usulan Kemperin memanfaatkan sagu sebagai beras analog dalam program makan bergizi gratis guna mendukung ketahanan pangan Indonesia bagus dan patut didukung jika memang serius mengembangkan pangan alternatif tersebut. 

"Apalagi di tengah ancaman krisis pangan, dibutuhkan diversifikasi produk pangan, selain yang utama nasi," katanya kepada KONTAN, Selasa (30/7/2024).

Sebagai informasi, Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menargetkan 82,9 juta orang menerima manfaat makan bergizi gratis secara bertahap. Adapun target 82,9 juta penerima manfaat program ini baru bisa tercapai pada tahun 2029.

Baca Juga: IKM Dukung Percepatan Diversifikasi Pangan Berbasis Agrikultur

Hanya saja, Trubus memberi catatan menjadikan beras analog sagu menjadi bagian dari program makan siang gratis tidak mudah dan terkesan muluk-muluk. Pasalnya, membutuhkan persiapan panjang sekaligus anggaran besar untuk memproduksi beras analog sagu.

"Menyiapkan produk hilirisasi sagu ini tak bisa main-main, enggak boleh asal-asalan hanya sekadar memenuhi janji politik program makan siang gratis," sebutnya.

Menurut Trubus, pemerintah seperti kebingungan terkait anggaran makan siang gratis yang terbilang lumayan besar. Meski begitu, tidak perlu memunculkan wacana atau rencana yang hanya muluk-muluk seperti beras sagu tersebut. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita akan mengusulkan kepada presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil Gibran Rakabuming Raka agar beras analog sagu dipakai untuk program makan bergizi gratis. Hal ini untuk mendukung ketahanan pangan dan menekan ketergantungan kepada beras.

Baca Juga: Makan Siang Gratis dan Diversifikasi Pangan

Agus berharap industri sagu dapat dikembangkan agar Indonesia menjadi salah satu pemasok pati sagu terbesar di dunia.

"Pasti kita akan usulkan (beras analog sagu untuk program makan bergizi gratis) karena dia juga bisa mendukung ketahanan pangan dengan menjadikan sagu sebagai sumber atau bahan utama pangan di luar beras. Jadi sagu itu yang harus kita dorong adalah kearifan lokal," katanya, Senin (29/7/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×