Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petrosea Tbk (PTRO) mencanangkan tiga strategi bisnis yang dirumuskan sebagai 3D yakni Diversifikasi, Digitalisasi, dan Dekarbonisasi untuk menghadapi perubahan tren bisnis di masa depan.
Melalui strategi ini, Petrosea berharap sesegera mungkin dapat meraih pekerjaan kontrak non-batubara yang melebihi dari kontrak di sektor batubara.
Presiden Direktur Petrosea Hanifa Indradjaya mengatakan strategi 3D ini sebenarnya sudah dicanangkan sejak 2019 karena melihat keberadaan dan keberlangsungan Petrosea sangat tergantung pada kemampuannya secara cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi secara makro atau dunia, pasar, dan industri.
"Kami melihat, supaya perusahaan bisa terus relevan dan sustainable dalam jangka panjang, kami harus mempunyai arahan strategi yang tidak lagi bisa seperti bisnis pada biasanya," jelasnya dalam paparan publik secara virtual, Kamis (23/12).
Dalam hal diversifikasi, Hanifa mengatakan, strategi ini mencerminkan arah Petrosea yang tidak lagi sangat bergantung pada komoditas batubara. Pasalnya, tantangan yang dihadapi industri batubara datang dari tuntutan masyarakat global terkait permasalahan lingkungan.
Baca Juga: Petrosea (PTRO) raih kontrak jasa tambang proyek bauksit senilai US$ 100 juta
"Maka dari itu, kami tidak hanya bergantung pada komoditas yang keberlangsungan jangka panjangnya menjadi tanda tanya besar," ujarnya.
Pada sektor non batubara, Petrosea telah menandatangani sejumlah kontrak di sepanjang tahun ini.
Seperti dengan PT Mekko Metal Mining yang menandatangani Perjanjian Kerjasama untuk pengembangan proyek dan manajemen operasi dari bisnis non batubara (bauksit) meliputi eksplorasi, infrastruktur dan manajemen proyek dengan target produksi bijih bauksit 5 juta DMT.
Yang kemudian, pada tanggal 1 Desember 2021 Petrosea menandatangani adendum 01 Perjanjian Kerjasama dengan penambahan nilai sehingga total kontrak menjadi US$ 100 juta.
Kemudian, Petrosea juga menandatangani proyek Awak Mas dengan PT Masmindo Dwi Area.
Dalam materi paparan publik, Petrosea menandatangani beberapa Notice to Proceed (NTP 01 sampai NTP 06) Awak Mas Gold Mine Project Umbrella Service Agreement dengan PT Indika Energy Tbk sebagai penjamin dengan total nilai sebesar US$ 3,63 juta dan penyelesaian proyek pada bulan Desember 2021.
"Untuk proyek emas lainnya ada dua lagi yang sedang on going yang memasuki level perkembangan bahkan operasional," jelasnya.
Diversifikasi bisnis ini juga diperluas ke komoditas mineral lainnya seperti nikel yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan karena masih dalam pembicaraan.
"Kami targetkan sesegera mungkin komponen selain batu bara itu akan melebihi dari komponen kontrak atau pekerjaan di sektor batubara," ungkapnya.
Diversifikasi bisnis, juga bukan hanya sekadar masuk ke sektor non-batubara saja, Petrosea juga mulai melebarkan sekup bisnisnya sebagai jasa konsultasi.
Sampai dengan September 2021, komposisi pendapatan Petrosea adalah sebagai berikut, 72,5% dari pendapatan atau US$ 218,7 juta dari sektor pertambangan, kemudian segmen sektor rekayasa & konstruksi berkontribusi sebesar 14,1% atau US$ 42,4 juta, lalu segmen jasa 12,8% atau US$ 38,7 juta, dan sisanya dari segmen lain-lain.
Strategi kedua adalah Digitalisasi. Hanafi mengatakan, digitalisasi membuka peluang ke banyak pintu salah satunya membuat Petrosea menjadi lebih mudah dan agile melakukan diversifikasi.
"Karena digitalisasi yang kami lakukan applicable untuk semua komoditas. Kami bisa lompat ke komoditas lain dengan sangat efektif dan mengerjakan proyek mineral dengan standard operational excellence yang baik," ujarnya.
Strategi ketiga ialah Dekarbonisasi. Hanafi melihat, jika Petrosea ingin relevan dalam jangka panjang, pihaknya memosisikan diri untuk bisa mengambil bagian yang dapat memberdayakan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan dari masalah lingkungan hidup. "Diversifikasi bisnis ke arah mineral akan menjadi kritikal ketika teknologi dunia bergeser ke arah lebih berkelanjutan," ujarnya.
Melalui strategi ini, Hanafi mengatakan, pihaknya menargetkan pendapatan dan laba di 2022 bisa lebih baik dari tahun ini. Adapun kinerja di sepanjang tahun ini juga diproyeksikan bisa lebih baik dibandingkan 2020. Namun sayang, pihaknya tidak membeberkan secara rinci mengenai target tersebut.
Baca Juga: Harga batubara masih mentereng, cek rekomendasi saham PTRO, PTBA, dan UNTR
Yang terang pada periode 9 bulan tahun ini, Petrosea mencatatkan pertumbuhan kinerja pendapatan dan laba. Perinciannya, pendapatan PTRO tumbuh 20,7% yoy dari sebelumnya US$ 249,9 juta menjadi US$ 301,6 juta. Segmen pertambangan yang menjadi faktor pendorong naiknya pendapatan PTRO di periode ini.
Seiring dengan itu, laba bersih PTRO juga ikut tumbuh 10,4% yoy dari sebelumnya US$ 13,2 juta di akhir September 2020 menjadi US$ 14,5 juta di September 2021.
Mengenai target kontrak di tahun depan, Hanafi tidak bisa memerinci berapa nilai persisnya.
Namun, sebagai gambaran saja, Petrosea menargetkan setiap menutup tahun target backlog di sekitar US$ 1 miliar. "Di tahun kemarin backlog-nya di kisaran yang sama, sebagai indikasi kita menargetkan kontrak di kisaran US$ 1 miliar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News