Penulis: Virdita Ratriani
KONTAN.CO.ID - Pelarian Djoko Sugiato Tjandra harus terhenti. Polisi telah menangkap terpidana kasus pengalihan hak tagih atau cessie Bank Bali.
Dijemput polisi, Djoko Tjandra mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Jumat (30/7) malam.
Penangkapan Djoko diharapkan akan membuka tabir atas pengalihan tagih alias cessie Bank Bali. Merunut rekam jejak, kasus ini diwarnai dengan drama panjang nan getir.
Lantas, siapa Djoko Tjandra?
Baca Juga: Apa itu cessie yang sering disebut-sebut dalam kasus penangkapan Djoko Tjandra?
Djoko Tjandra dan Grup Mulia
Nama Djoko Tjandra menjadi sorotan publik dalam beberapa waktu terakhir.
Salah satu terpidana kasus korupsi paling dicari sejak 2009 ini tiba-tiba dikabarkan di Indonesia untuk mengajukan upaya hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Djoko Tjandra meninggalkan Indonesia pada 2009 saat Mahkamah Agung menjatuhkan vonis kepadanya terkait korupsi pengalihan (cessie) tagihan Bank Bali pada 1999.
Sejak buron, kabarnya simpang siur. Ia dikabarkan lari ke negara tetangga dan menjadi warga negara Papua Nugini (PNG).
Dikutip dari Kontan, 18 Juli 2020, pria kelahiran Sanggau, 27 Agustus 1950 ini identik dengan Grup Mulia yang memiliki bisnis inti properti.
Grup mulia didirikan pada 1970 oleh Djoko Tjandra bersama dengan ketiga saudaranya yakni Tjandra Kusuma (Tjan Boen Hwa), Eka Tjandranegara (Tjan Kok Hui), Gunawan Tjandra (Tjan Kok Kwang).
Baca Juga: Bareskrim Polri tetapkan pengacara Djoko Tjandra, Anita Kolopaking tersangka
Dekade 1990-an, Grup Mulia makin moncer saat dipegang olehnya yang mengkomandani kepemilikan properti perkantoran seperti Five Pillars Office Park, Lippo Life Building, Kuningan Tower, BRI II, dan Mulia Center.
Grup Mulia menaungi sebanyak 41 anak perusahaan di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, kepemilikan propertinya antara lain Hotel Mulia Senayan, Mulia Resort & Villas (Nusa Dua, Bali), Wisma Mulia, Wisma GBKI,serta Kondominium dan Mal Taman Anggrek.
Selain properti, grup yang pada 1998 memiliki aset Rp 11,5 triliun itu merambah sektor keramik, metal, dan gelas. Tak terpengaruh oleh kehebohan yang ditimbulkan Djoko tersebut, bisnis Grup Mulia masih tetap bersinar.
Baca Juga: Buronan 11 Tahun Djoko Tjandra Akhirnya Tertangkap di Malaysia
Menurut Daniel Saputra, Pengamat Manajemen nama baik seorang pengusaha dapat dilihat dari kacamata persepsi publik dan realitasnya.
"Persepsi masyarakat non bisnis bisa saja menganggap pengusaha itu jelek, tapi bagi masyarakat bisnis (personalnya) masih ok," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/7).
Hal tersebut terkadang menjadi perdebatan di tengah publik. Namun Daniel mencatat, perusahaan yang Djoko kawal terbukti masih tetap berjalan mulus dan punya prospek baik, mulai dari properti hingga manufaktur kaca.
Djoko dikenal mampu mendidik dan menelurkan jajaran eksekutif yang loyal dan punya profesionalitas tinggi. Tak jarang, kata Daniel, pada masa Djoko memegang kendali di Mulia, perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa campur tangan keluarga.
Artinya Grup Mulia telah berjalan di atas profesionalisme yang tinggi. Sehingga ada istilahnya, Daniel bilang, seorang raja atau pemimpin bisa saja dianggap buruk, tapi kalau para jenderal di bawahnya percaya penuh, maka operasional perusahaan tak akan mengalami gangguan berarti.
Baca Juga: Djoko Tjandra ditangkap, ini kronologis lengkap skandal cessie Bank Bali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News