kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dorong pengembangan EBT dan EV ecosystem, Medco Power bidik 5.000 MW clean energy


Rabu, 16 Desember 2020 / 22:39 WIB
Dorong pengembangan EBT dan EV ecosystem, Medco Power bidik 5.000 MW clean energy
ILUSTRASI. Pembangkit listrik tenaga panas bumi PLTP Sarulla Geothermal Power Plant with a capacity of 110 MW located in Tapanuli, North Sumatera -?PT Medco Power Indonesia


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) telah menyiapkan PT Medco Power Indonesia (MPI) untuk menyongsong era transisi energi. MPI bakal menggenjot pengelolaan pembangkit dan infrastruktur ketenagalistrikan berbasis energi bersih, mulai dari pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), hingga ekosistem kendaraan listrik.

Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro mengatakan, tren elektrifikasi akan semakin berkembang. Ke depan, energi yang sampai kepada konsumen akan banyak dalam bentuk listrik, termasuk untuk kendaraan pribadi dan transportasi publik. Didirikan sejak 2004, Medco Power menjadi bagian dari transisi listrik berbasis energi bersih.

"Listrik ini adalah energi masa depan. Kita harus make sure, bauran renewable lebih besar. Walaupun itu akan berjalan secara bertahap. Kita fokuskan Medco Power ini di clean energy," kata Hilmi  dalam media gathering yang digelar secara daring, Selasa (8/12).

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Medco Power Indonesia, Eka Satria, membeberkan empat pilar bisnis MPI, yakni gas to power, geothermal, renewables dan jasa operasi dan pemeliharaan (O&M). Untuk mendorong transisi energi, MPI akan mengusung dekarbonisasi, gas sebagai transisi, elektrifikasi, penyimpanan energi (storage), digitalisasi dan desentralisasi.

Saat ini MPI mengelola dan mengoperasikan 3.796 MW baik sebagai pembangkit IPP maupun O&M. Eka optimistis peningkatan kapasitas jadi 5.000 MW dalam lima tahun ke depan bisa terwujud, seiring dengan gencarnya MPI dalam menggarap pembangkit berbasis EBT. 

Eka bilang, listrik memegang peran sentral dalam pemenuhan energi. Dengan ekonomi dan industri yang semakin tumbuh pasca covid-19, permintaan listrik berbasis EBT juga akan semakin meningkat. Terlebih, potensi EBT di Indonesia sangat tinggi, dan ada target untuk memenuhi bauran EBT 23% pada tahun 2025.

Baca Juga: Medco Energi Internasional (MEDC) Membidik Blok Migas Pertamina

"Pilar ekonomi dan kehidupan adalah listrik. Kami percaya bahwa setelah covid-19 berakhir, pertumbuhan listrik akan kembali naik dan permintaan ke depan akan bersifat clean. Kami akan berfokus di portofolio energi bersih dan terbarukan," kata Eka.

MPI pun akan fokus mengembangkan enam jenis energi bersih. Yakni gas/LNG to power, panas bumi, energi surya, energi hydro dan mini hydro, energi angin, hingga masuk ke eksosistem kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV) Ecosystem.

Eka membeberkan, dari sisi panas bumi, MPI saat ini memiliki tiga proyek utama. Pertama, Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Sarulla dengan kapasitas 330 MW. PLTP dengan kontrak tunggal terbesar di dunia ini akan terus dikembangkan ke fase berikutnya.

Kedua, PLTP Ijen dengan kapasitas 2 x 55 MW yang saat ini masih dalam tahap pengembangan dan eksplorasi. Targetnya bisa beroperasi komersial (COD) untuk unit 1 pada tahun 2024 dan untuk unit 2 pada 2026. Proyek panas bumi yang ketiga adalah Bonjol dengan potensi kapasitas 60 MW. "Kami tetap terus mencoba mencari aset-aset baru yang bisa dikembangkan," ujar Eka.

Proyek pembangkit energi terbarukan lainnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) alias solar PV. Ada dua proyek besar yang sedang digarap Medco Power. Pertama, solar PV di Bali dengan kapasitas 2 x 25 MW. PLTS ini direncanakan mulai konstruksi pada kuartal III 2021 dan bisa COD pada kuartal IV 2022.

Kedua, solar PV dengan kapasitas 26 MW di Sumbawa, yang akan melistriki operasional PT Amman Mineral Nusa Tenggara, anak usaha MEDC di sektor pertambangan. Eka menyebut, solar PV ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia untuk industri pertambangan.

Menggunakan panel 495 Watt peak (Wp), solar PV tersebut ditarget COD pada kuartal III tahun depan. Selain PLTS di Amman Mineral, MPI juga akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Sumbawa.

Tak hanya dari sisi pembangkitan listrik, Medco Power juga menjajaki EV Ecosystem untuk memenuhi kebutuhan kendaraan listrik. Targetnya, EC ecosystem MPI akan dibangun di Jakarta, Batam dan Bali.

Peluncuran pertama rencananya akan dilakukan di Jakarta, pada Januari tahun depan. "Insya Allah nanti bulan Januari kita akan launching EV Ecosystem kita yang pertama dan charging station," ujar Eka.

Pararel dengan itu, MPI juga fokus terhadap transisi energi dengan pengembangan listrik berbasis LNG/gas. Menurut Eka, gas merupakan energi bersih yang memegang peranan penting bagi transisi listrik berbasis energi fosil menjadi energi terbarukan.

MPI pun telah menggandeng Kansai Electric Power dalam pengembangan pembangkit berbasis gas serta untuk jasa O&M.  Saat ini ada sejumlah pembangkit berbasis gas yang digarap MPI, serta beberapa proyek yang tengah dijajaki.

Pembangkit gas yang sedang digarap MPI berlokasi di Riau dengan kapasitas 275 MW. Progres pembangkit ini sudah lebih dari 91% dan ditargetkan bisa COD pada Q2 2021. Selain itu, ada juga Sumbawa LNG to Power dengan kapasitas 150 MW-300 MW.

Eka mengatakan, pengembangan listrik berbasis gas potensial di kawasan industri tengah dan timur. Saat ini pihaknya pun sedang menjajaki sejumlah proyek, sekaligus melihat potensi pasar di wilayah smelter dan pertambangan. "Ada beberapa proyek yang saat ini kami sedang studi. Kalau sukses, Kami akan punya value chain untuk LNG to power di Indonesia tengah dan timur," imbuh Eka.

medBaca Juga: Elektrifikasi kian populer, Medco percaya industri migas masih dibutuhkan Indonesia

Ikut Mendorong Program Pemerintah

Strategi pengembangan energi bersih dan EV ecosystem Medco Power turut mendorong program pemerintah dalam mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik, juga untuk mencapai target bauran energi terbarukan. Apalagi, kapasitas terpasang pembangkit EBT saat ini masih relatif rendah dibandingkan dengan potensinya yang melimpah.

Oleh sebab itu, Direktur Jenderal EBT dan konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menegaskan, perlu dukungan dari stakeholders terkait khususnya pelaku usaha untuk memastikan ketercapaian target bauran EBT 23% pada tahun 2025.

Pemerintah pun berkomitmen memberikan kemudahan dan insentif untuk mendorong partisipasi pelaku usaha dalam pengembangan EBT di Indonesia. Antara lain, melalui penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) tentang harga listrik EBT yang dibeli oleh PLN.

Dadan menyampaikan, regulasi tersebut akan memperhatikan keekonomian pembangkit serta kemampuan PLN, sehingga bisa menggairahkan iklim investasi EBT dan menjaga harga listrik di tingkat konsumen.

"Kemudahan dan insentif sudah tersedia, antara lain untuk mendorong pengembangan panas bumi, misalnya berupa dukungan pendanaan dan eksplorasi. Juga ada insentif di bidang perpajakan," kata Dadan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (15/12).

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa. Menurutnya, prospek pengembangan PLTS sangat positif dengan harga yang semakin kompetitif. Oleh sebab itu, peran dari pelaku usaha sangat dibutuhkan untuk mendorong program-program dari pemerintah dan PLN agar semakin agresif.

"Tentu partisipasi swasta sangat diharapkan karena berpotensi membantu capaian target. Untuk PLTS secara umum, khususnya yang IPP, harga jual energi yang memadai untuk pengembalian investasi menjadi salah satu faktor pendorong animo developer untuk ikut berperan," kata Andhika kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Selanjutnya: Dari eksplorasi hingga Blok Rokan, Medco intip peluang kerjasama dengan Pertamina

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM per Agustus 2020 lalu, total potensi listrik dari EBT di Indonesia mencapai 417,8 gigawatt (GW). Namun, total pemanfaatannya baru mencapai 10,4 GW atau masih 2,5%.

Dari jumlah tersebut, potensi terbesar berasal dari energi surya yang mencapai 207,8 GW namun pemanfaatannya masih kecil, yakni baru 0,07% atau 150,2 Megawatt peak (MWp). Potensi listrik dari angin juga jumbo, yakni 60,6 GW, namun pemanfaatannya baru 0,25% atau 154,3 MW.

Sedangkan dari panas bumi, yang termanfaatkan baru 2.130,7 Megawatt (MW) atau 8,9% dibandingkan potensi yang sebesar 23,9 GW. Khusus untuk panas bumi, pemerintah pun membidik target untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pemanfaatan panas bumi terbesar di dunia, menyalip Amerika Serikat. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan pemanfaatan panas bumi terbesar di dunia.

Sementara, untuk gas to power sebagai transisi energi, strategi itu juga sesuai dengan program pemerintah. Menteri ESDM Arifin Tasrif saat menyampaikan Keynote Speech pada acara Gas Exporting Countries Forum-Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (GECF-ERIA), Kamis 16 Juli 2020 lalu menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Komitmen itu beriringan dengan pengembangan energi terbarukan, sebagai sumber energi prioritas ke depan. Bauran energi nasional menargetkan pemanfaatan gas sebesar 22% pada 2025 dan 24% pada 2050. "Pemerintah mengembangkan pasokan gas untuk memenuhi permintaan yang terus tumbuh, di sisi lain juga memastikan bahwa kegiatan gas hulu masih menarik bagi investor," ujar Arifin.

Dihubungi terpisah, Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyambut baik strategi gas to power yang digencarkan oleh Medco. Menurutnya, gas memang tepat untuk dijadikan sebagai sumber utama di dalam transisi energi.

Pri menegaskan, transisi energi perlu dimaknai dalam konteks memberikan ruang yang lebih banyak bagi energi baru dan terbarukan (EBT) untuk berperan dalam bauran energi, guna saling melengkapi bersama energi fosil yang sampai saat ini masih mendominasi.

"Permintaan kebutuhan energi ke depan tidak akan cukup hanya dipenuhi dari energi fosil saja, juga EBT saja. Jadi di situ konteksnya transisi. Strategi Medco gas to power di Indonesia, menurut saya tepat," kata Pri kepada Kontan.co.id, Minggu (20/12).

Secara keseluruhan, momentum 40 tahun MedcoEnergi untuk meneguhkan transisi ke energi hijau dinilai tepat. Apalagi, menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, pandemi akan mempercepat transisi energi bersih.

Kata dia, korporasi pun akan melihat kondisi ini sebagai peluang bisnis dan menjadi pilihan untuk diversifikasi pendapatan perusahaan. "Investasi EBT akan semakin menarik, apalagi kebijakan dan regulasi pemerintah diarahkan untuk mendukung pengembangan EBT, sehingga Indonesia bisa masuk ke jalur transisi energi," ungkap Fabby.

Kepada Kontan.co.id, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno pun menyampaikan bahwa pihaknya menyambut positif komitmen transisi ke energi bersih yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dulunya berfokus di sektor energi fosil. Dengan begitu, pemanfaatan potensi EBT Indonesia yang begitu besar bisa semakin terakselerasi, tanpa mengesampingkan pemenuhan energi nasional saat ini.

"Mereka bisa mengkombinasikan pengembangan EBT bersama energi fosil. Kami di Komisi VII tentu akan mendorong itu, karena pasti akan mempercepat proses terbangunnya industri EBT di Indonesia," pungkas Eddy.

Selanjutnya: Ini alasan Medco Energi (MEDC) enggan garap kilang BBM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×