kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua tantangan besar bisnis marketplace di awal 2020


Sabtu, 15 Februari 2020 / 14:00 WIB
Dua tantangan besar bisnis marketplace di awal 2020


Reporter: Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis marketplace di awal tahun ini sejatinya mendapat tantangan hebat. Yang paling utama adalah merebaknya wabah virus korona yang menekan transaksi perdagangan, terutama dari China. Negeri Tirai Bambu tersebut tercatat sebagai salah satu mitra strategis bagi banyak pihak di dalam negeri.

Sepak terjang virus mematikan ini seolah menjadi pukulan ganda bagi marketplace dalam negeri lantaran sebelumnya pemerintah sudah mengeluarkan aturan. Yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 199 Tahun 2019 tentang Ketentuan Kepabeanan, Cukai, dan Pajak Atas Impor Barang Kiriman. 
Dalam aturan tersebut, pemerintah menurunkan batasan nilai pembebasan bea masuk atas barang kiriman dari semula US$ 75 menjadi US$ 3. Artinya, barang impor yang nilainya di atas US$ 3 saja bakal terkena bea masuk. Pengelola marketplace berharap UMKM mengambil peluang dengan mengoptimalkan pasar online dengan kebijakan baru itu.

Baca Juga: Ini tiga tren industri e-commerce yang perlu diantisipasi

Melihat dua fakta ini, Yudhi Pramono, SVP  Head of Legal, Regulatory Compliance and Litigation Blibli.com memastikan bahwa marketplace lokal hingga kini belum terlalu pengaruh terhadap dua kondisi tersebut. 
Informasi yang ia dapatkan dari Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA), transaksi impor atau cross border di e-commerce domestik kurang lebih 5% saja dari total transaksi e-commerce secara keseluruhan. "Dampaknya tidak terlalu luas bagi  industri e-commerce serta Blibli khususnya," ungkap Yudhi kepada KONTAN Kamis (13/2).
 
Hingga saat ini, Blibli sudah punya 75.000 mitra. Dan sebagian besar dari mitra tersebut memasarkan produk yang sudah diproduksi di dalam negeri. Kebetulan Blibli punya kanal khusus bagi produk lokal yaitu Galeri Indonesia. "Jadi bagi Blibli sendiri tidak berdampak," ucap Geoffrey L. Dermawan, SVP Merchant Sales, Operation & Development Blibli.
 
Nuraini Razak, Vice President of Corporate Communications Tokopedia mengklaim pihaknya tidak mempunyai data terkait transaksi e-commerce lintas negara, karena sistem bisnis dari Tokopedia transaksi yang berasal dari dalam negeri atau pasar domestik. 
 
"Tokopedia hanya menerima penjual asal Indonesia dan memfasilitasi transaksi dari Indonesia untuk Indonesia bukan lintas negara," ungkapnya ke KONTAN.
Begitu juga dengan Bukalapak. Menurut Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak hingga saat ini mereka tidak terlalu terpengaruh efek korona dan adanya penurunan bea masuk barang kiriman dari luar negeri. 
 
Meski ia akui ada juga pelapak yang melakukan transaksi dari luar negeri. "Untuk barang impor dari China, saat ini aktivitas jual beli dan distribusi barang di Bukalapak masih berlangsung seperti biasa," katanya kepada KONTAN. Hanya saja ia tidak memperinci berapa rerata transaksi sebelum merebaknya virus dengan kondisi terkini.                    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×