Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
Transformasi digital ikut berkembang dan berkontribusi terhadap sektor-sektor esensial yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, misalnya sektor logistik, fintech, edutech, dan healthtech. Transformasi digital juga telah lebih dahulu menyentuh sektor pariwisata dan e-commerce.
"Strategi yang tepat untuk mencapai era keemasan digital di Indonesia dapat digambarkan dengan bentuk rumah. Di mana infrastruktur Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) menjadi landasan fundamental yang dapat dibutuhkan lintas sektor dan lembaga," ujar Radju.
Penguatan infrastruktur TIK memungkinkan digitalisasi di berbagai aspek, sehingga mengakselerasi terciptanya pemerintah digital, masyarakat digital, serta bisnis digital. Aspek-aspek tersebut juga perlu diperkokoh oleh penerapan prinsip berkelanjutan atau Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk menjaga pertumbuhan ekonomi digital secara jangka panjang.
Menurut Radju, dalam menuju era keemasan digital di Indonesia, ada lima aspek yang perlu diperhatikan. Yaitu percepatan pembangunan infrastruktur TIK yang dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi digital yang lebih merata, menciptakan pemerintahan digital yang berfokus pada efisiensi dan transparansi, mengembangkan kemampuan talenta digital melalui peningkatan sistem pendidikan dan keterampilan, memfokuskan peningkatan adopsi teknologi digital di berbagai sektor, serta menerapkan prinsip keberlanjutan untuk mencapai era keemasan ekonomi digital.
“East Ventures percaya bahwa percepatan adopsi digital sangat krusial dalam membangun ekosistem digital yang lebih kokoh. Akan tetapi, hal tersebut hanya dapat dicapai ketika setiap pihak bekerja sama dalam mencapainya. East Ventures berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan ekonomi digital dan membuka jalan menuju era keemasan digital di Indonesia,” tambah Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures.
EV-DCI merupakan pemetaan daya saing digital daerah yang dibentuk dari tiga sub-indeks, sembilan pilar, dan 50 indikator. Sub-indeks pembentuknya adalah input, output, serta penunjang, dengan pilar pembentuk sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengeluaran TIK, perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, ketenagakerjaan, infrastruktur, keuangan, dan regulasi dan kapasitas pemda.
Skor EV-DCI 2022 tertinggi masih dipegang oleh DKI Jakarta, dengan skor 73,2. Sementara itu, di posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Jawa Barat dan DI Yogyakarta dengan skor 58,5 dan 49,2.
Selain itu, Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi di luar Pulau Jawa yang berhasil masuk ke 10 besar di peringkat 7 dengan kenaikan skor 4,5, dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 44,0.
Baca Juga: East Ventures Pimpin Pendanaan Tahap Awal pada Startup Mental Health Riliv
Selain Kalimantan Timur, beberapa provinsi di luar Jawa mengalami peningkatan daya saing digital yang cukup baik. Contohnya, Bengkulu yang mengalami peningkatan skor EV-DCI 2022 tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 7,8 poin menjadi 39,1.
Kenaikan skor tersebut membuat Bengkulu naik tujuh peringkat, menjadi 12. Papua Barat dan Lampung juga menunjukkan peningkatan daya saing digital yang signifikan; masing-masing naik 11 peringkat ke posisi 19 dan enam peringkat ke posisi 20.
Pilar infrastruktur yang menjadi pilar tertinggi di tahun sebelumnya juga masih mengalami peningkatan skor pada EV-DCI 2022. Pada EV-DCI 2022, pilar ini meningkat 10,5 poin menjadi 64,8. Spread pada pilar infrastruktur juga mengecil 8,3 poin atau mencapai 79,0 di tahun ini, dibandingkan tahun sebelumnya spread pilar ini sebesar 87,3.
Penurunan kesenjangan daya saing digital di daerah-daerah ini ditunjukkan juga dengan peningkatan skor pada pilar kewirausahaan dan produktivitas. Pilar ini meningkat 10,1 poin menjadi skor 23,6 pada EV-DCI 2022. Selain itu, Pilar regulasi dan kapasitas pemda juga mengalami peningkatan 19,1 poin menjadi 54,6 tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News