Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terakhir mengakuisisi PT Indocare dan anak usaha, PT Multicare di 2018, praktis tidak ada lagi aksi korporasi yang dilakukan Konimex Group secara publik. Barulah, pada tahun ini, lewat anak usaha di bidang teknologi, PT Konimex Sinergi Multitek, perusahaan yang didirikan oleh Djoenaedi Joesoef ini menginjeksi modal seri A senilai S$ 10 juta ke peritel IUGIA asal Singapura yang menjajakan ragam produk keperluan rumah tangga hingga pakaian.
“Kami mencoba ekspansi secara horizontal selain vertikal,” kata Edward Setiawan Joesoef, Chief Stragegy Officer Konimex Group kepada Kontan.co.id (20/5).
Di anak usaha tersebut, Edward memang ingin mencoba mengembangkan perusahaan-perusahaan rintisan yang ia nilai potensial. “Jadi target kami bukan kepada start up yang masih tahap awal (seed funding),” tuturnya.
Baca Juga: Konimex Group ekspansi ke ritel rumah tangga lewat Iuigia
Dengan memilih start up potensial, tentu pihaknya bisa mengembangkan lebih lanjut perusahaan rintisan tersebut. Seperti di IUIGA yang diharapkan juga bisa tumbuh setelah nantinya membuka toko dan penjualan online di pasar dalam negeri.
Baca Juga: Konimex memperkuat jaring bisnis
Meski begitu, Group Konimex, menurut Edward juga tidak melupakan bisnis inti di bidang obat-obatan, barang konsumsi dan lainnya. Sejauh ini, Konimex masih terus memantau perusahaan-perusahaan yang bisa diajak kerjasama dengan Konimex, termasuk didalamnya adalah bisa diakuisis oleh Konimex.
Baca Juga: Kiprah Konimex Group saat melibatkan generasi ketiga
Ia pun bercerita, sejatinya Konimex bisa saja mengakuisisi sebuah perusahaan di kawasan Asia Tenggara yang masih bergerak di bidang farmasi. Proses negosiasi pun sudah berjalan positif dan tinggal melakukan eksekusi saja. Sayang, pandemi corona membuat rencana tersebut tinggal di atas kertas saja. “Kami tidak jadi melakukannya,” tandasnya yang merahasiakan identitas perusahaan yang bakal dicaplok Konimex.
Bagi banyak perusahaan, pandemi korona membuat laju bisnis jadi tersendat bahkan terhenti. Untungnya, sebagai perusahaan produk farmasi, obat-obatan, bisnis Konimex masih bisa melaju. Malah, bagi Edward di masa pendemi ini justru menjadi kesempatan bagi pihaknya untuk melihat-lihat kondisi perusahaan lainnya yang tengah menghadapi kesuiltan bisnis. “Biasanya di kondisi seperti ini, nilai sebuah perusahaan bisa terdiskon,” tuturnya.
SELANJUTNYA >>>
SELANJUTNYA >>>
Sejatinya, ini menjadi peluang positif bagi perusahaan manapun termasuk Konimex untuk melihat-lihat peluang dan kalau cocok, bisa langsung mengakuisisi si perusahaan yang bersangkutan. Namun, menurut Edward, Konimex tidak akan masuk ke perusahaan yang sudah kolaps atau bakal bangkrut karena kemungkinan si perusahaan untuk bangkit terbilang berat.
Sekali lagi, ia akan melihat sisi potensi yang masih ada dari si perusahaan tersebut. Yang paling memungkiinkan adalah kalau nilai si perusahaan tersebut kesulitan dari sisi keuangannya dan nilai si perusahaan bisa terdiskon hingga 40%. Sedangkan untuk perusahaan yang menuju kolaps, biasanya nilai sudah terpangkas hingga 90%.
Makanya, setelah gagal mengakuisi perusahaan asing, Konimex pun kini mengarahkan perhatian ke perusahaan-perusahaan lokal di bidang yang sama dilakoni Konimex. Beberapa perusahaan sudah Konimex perhatikan situasinya. Perusahaan tersebut masih berada di pulau Jawa. “Sebetulnya ini kesempatan bagus untuk masuk ke perusahaan yang mengalami kondisi sulit,” tuturnya.
Sayang Edward tidak memberitahu identitas dari perusahaan-perusahaan yang menjadi incaran Konimex. Yang jelas, meski berlangsung pandemi, Edward menargetkan laju bisnis Konimex Group masih bisa tumbuh positif. Ia targetkan pertumbuhan bisnisnya bisa mencapai dobel digit sampai akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News