kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Efek pandemi Covid-19, RUIS perkirakan kinerja tahun ini turun hingga 17%*


Selasa, 26 Mei 2020 / 04:00 WIB
Efek pandemi Covid-19, RUIS perkirakan kinerja tahun ini turun hingga 17%*
ILUSTRASI.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelesuan industri minyak dan gas (migas) di tengah pandemi Covid-19 menekan industri turunannya yakni kontraktor jasa migas. PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) tak main-main terpapar efek korona.


Pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19 menghambat operasional Radiant Utama. Mereka juga harus selalu siaga dengan biaya overhead yang timbul akibat protokol penanganan virus di area operasi dan kebijakan work from home (wfh). Biaya overhead merupakan pengeluaran di luar bahan baku dan tenaga kerja langsung.


Berangkat dari situasi tersebut, RUIS memproyeksikan pendapatan  tahun ini bakal turun 15%-17% year on year (yoy). "Untuk sisi pendapatan, meskipun belum terdapat hasil-hasil renegosiasi kontrak dengan klien, diperkirakan mulai menurun," kata Sofwan Farisyi, Direktur Utama Radiant Utama Interinsco Tbk kepada KONTAN, pekan lalu.


Sejalan dengan upaya renegosiasi tarif jasa migas, Radiant Utama Interinsco hanya akan menggunakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk proyek yang sudah terikat komitmen kontrak perjanjian. Implementasinya nanti juga melalui tahap negosiasi.


Tahun ini Radiant Utama menyediakan capex sebesar Rp 80 miliar. Sementara pada kuartal I 2020, RUIS telah mencatatkan tender pekerjaan baru bernilai Rp 400 miliar dari total target Rp 2 triliun sepanjang tahun ini.


Adapun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, Radiant Utama mencatatkan pertumbuhan pendapatan 25,49% yoy menjadi Rp 420,72 miliar. Namun, perusahaan ini mencatatkan kerugian Rp 3,05 miliar.


Sebagai perbandingan, kuartal I 2019, RUIS mengantongi keuntungan Rp 7,10 miliar. "Karena kerugian selisih kurs terutama sekali dari utang bank jangka panjang dalam denominasi dollar AS yang belum jatuh tempo di periode tersebut," terang Sofwan.

*Judul dan lead berita ini diubah demi meminimalisasi kekeliruan persepsi yang mungkin timbul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×