Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di tahun ini mengalokasikan belanja modal senilai Rp 200 miliar. Operator air bersih itu akan memakai belanja modal untuk menunjang fasilitas produksi, seperti menambah pelanggan baru dan perawatan fasilitas. Belanja modal juga digunakan untuk mengganti dan memperpanjang pipa.
Tahun ini, Palyja akan menambah 10.000 sambungan untuk pelanggan baru. Namun, rencana ekspansi itu akan bergantung pada persediaan air. Jika pasokan air tidak mencukupi permintaan, Palyja tak mau terlalu agresif mencapai target itu. "Yang terpenting adalah kami ingin memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan existing," kata Meyritha Maryanie, Corporate Communication Palyja, kepada KONTAN, Selasa (26/2).
Permintaan air baku Palyja masih didominasi kelas key account atau pelanggan besar. Tak sedikit pelanggan besar beralih dari menggunakan air sumur dalam (deep well) kini memakai air pipa. Permintaan air baku Palyja terbanyak berasal dari wilayah barat dan utara Jakarta. "Kualitas air tanah sudah sangat buruk sehingga tak ada alternatif menggunakan air tanah," tambah Meyritha.
Pada 2011, Palyja memiliki 414.470 sambungan. Berkomitmen menjalani Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 1993 tentang Pelayanan Air Minum, Palyja memutus sambungan air pelanggan yang menunggak bayar tagihan melewati batas waktu pada 2012. Dus, jumlah sambungan air Palyja di tahun lalu menyusut menjadi 407.000 sambungan.
Produksi air baku Palyja tahun ini diproyeksikan sama dengan jumlah produksi air baku tahun lalu. Selama 2012, Palyja memproduksi air baku sebanyak 261 juta meter kubik (m3).
Sebanyak 61% sumber air baku Palyja berasal dari Kanal Tarum Barat yang dipasok oleh Perum Jasa Tirta II. Kemudian 34% berasal dari air curah
olahan yang dibeli dari Tangerang, 4% dari Sungai Krukut yang diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak, dan 1% dari Cengkareng Drain
yang diolah di IPA Taman Kota.
Hingga kini, Palyja masih menghadapi kendala produksi air baku. Di sisi lain, jumlah penduduk terus bertambah mengiringi jumlah permintaan air yang semakin meningkat.
Minimnya air baku Palyja bukan hanya pada musim kemarau, tetapi juga di musim hujan. Untuk menghindari banjir di Bekasi, pintu air dibuka sehingga air mengalir ke laut. Akibatnya, produksi air baku Palyja dari Kanal Tarum Barat menurun signifikan.
Palyja juga sudah mengatasi 63.608 kebocoran selama 2012. Dengan demikian, Palyja berhasil menekan kebocoran pipa sebesar 37,9%. "Kami
belum bisa menargetkan jumlah kebocoran yang akan kami perbaiki, tergantung deteksi kebocoran yang terlihat dan kebocoran yang tidak terlihat," tambah Meyritha. Namun untuk tetap memenuhi kebutuhan air, Palyja tahun ini menargetkan menekan kebocoran pipa sebesar 1% menjadi 36,9%.
Meski masih terkendala pasokan air baku, Palyja optimistis mencapai target penjualan air sebanyak 165 juta m³. Angka penjualan tersebut naik 3% dari penjualan air baku tahun lalu, yaitu 159,8 juta m3.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News