Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi sejumlah emiten dan perusahaan ritel khususnya yang memiliki bisnis supermarket di semester II-2024 ini nampaknya masih terganjal oleh beberapa hal.
Ekonom Senior Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan pertumbuhan bisnis ritel supermarket tidak sepenuhnya terhenti, namun ada juga beberapa ritel yang memutuskan tidak melakukan ekspansi dulu di semester II-2024.
"Yang pertama karena tingkat persaingan untuk masing-masing wilayah semakin ketat, antar para pebisnis ritel. Sehingga ketika kompetisi itu terjadi maka perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan proses peningkatan daya saing, dari banyak hal," ungkapnya saat dihubungi Kontan, Senin (5/8).
Baca Juga: Menilik Ekspansi Bisnis Supermarket pada Semester II 2024
Daya saing yang dimaksud adalah seperti terjangkaunya harga, kualitas dan kelengkapan barang dan stok serta ekosistem.
"Kalau tidak, pasti akan lama-lama turun marketnya. Bahkan mereka harus banyak upaya melakukan aksi korporasi pada tingkat lokal," tambahnya.
Faktor kedua yang tidak bisa dihindari adalah daya beli masyarakat yang saat ini mengalami penurunan.
"Penurunan daya beli memang sebenarnya di industri ritel terjadi seiring dengan menipisnya kantong kelas menengah," ungkap dia.
Menurutnya, kelas menengah yang jumlahnya banyak di Indonesia memiliki potensi belanja yang besar juga, namun saat ini kelompok kelas tersebut terhimpit dalam situasi dimana tidak ada peningkatan kesejahteraan yang signifikan.
"Industri banyak yang tutup, tidak ditopang juga ketika inflasi cukup besar, dan apalagi sekarang kredit suku bunganya jadi tinggi, akhirnya konsumsinya dikurangi. Otomatis belanja mereka, termasuk kebutuhan di produk ritel ini berkurang, akhirnya tercermin daya beli kelas menengah ini penurunan permintaan pada produk-produk ritel," katanya.
Kemudian terkait konsep bisnis ritel supermarket seperti apa yang bisa bertahan di tengah menurunnya daya beli, Tauhid mengatakan konsep banyak diskon tidak bisa lagi dijadikan senjata utama.
Baca Juga: Sudah Punya 234 Gerai, Super Indo Bakal Tambah Gerai Baru di 5 Kota Berbeda
"Menurut saya sih enggak (diskon), harus disesuaikan dengan karakteristik market kita, bukan memperbanyak diskon. Tetapi, mengikuti demand harganya disesuaikan dengan kantong masyarakat," katanya.
Untuk menjangkau pasar ungkap dia, misalnya dari segi lokasi yang mudah dijangkau, harga kompetitif, barang lengkap dan inovatif.
"Karena strategi harga sekarang sudah tidak begitu lagi, karena masyarakat sudah tahu harga rillnya berapa karena pada kenyataannya tidak ada bedanya harga diskon dan tidak diskon, masyarakat sudah lebih cerdas sekarang," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News