Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menargetkan optimalisasi penjualan domestik bijih bauksit seiring kebijakan larangan ekspor per 10 Juni 2023.
Corporate Secretary Division Head Antam Syarif Faisal Alkadrie mengungkapkan, pihaknya menargetkan produksi bijih bauksit tahun ini mencapai 2 juta wet metrik ton (wmt).
"(Ini) sesuai dengan tingkat kebutuhan bauksit pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan dan proyeksi penjualan bijih bauksit kepada pelanggan pihak ketiga," kata Faisal kepada Kontan, Selasa (13/6).
Faisal belum bisa merinci lebih jauh pihak ketiga yang akan menjadi pasar tujuan bijih bauksit milik Antam. Yang terang, untuk tahun ini pihaknya menargetkan penjualan bijih bauksit mencapai 1,58 juta ton.
Baca Juga: Emas Tetap Paling Berkilau di Komoditas Logam Mulia
Selain itu, Antam bakal mengikuti ketentuan soal larangan ekspor bijih bauksit yang telah ditetapkan pemerintah.
"Terkait dengan kebijakan ekspor komoditas yang dikeluarkan Pemerintah, pada prinsipnya ANTAM akan mendukung dan mengikuti arahan tersebut," imbuh Faisal.
Faisal menambahkan, pihaknya berkomitmen pada pengembangan basis pelanggan di dalam negeri untuk tahun ini. Selain itu, Antam juga sedang berfokus pada hilirisasi di seluruh komoditas utama perusahaan. Langkah ini diklaim dapat memberikan nilai tambah produk dari komoditas yang dikelola perusahaan.
"Antam optimis, kegiatan hilirisasi yang dilakukan pada komoditas inti Perusahaan akan mampu diserap oleh pasar domestik," terang Faisal.
Staf Khusus Menteri ESDM Irwandy Arif menampik kebijakan larangan ekspor bakal memberi dampak berlebih pada pasokan dan produksi bijih bauksit dalam negeri.
Irwandy menjelaskan, rerata produksi bijih bauksit saat ini mencapai 31 juta ton dengan daya serap sekitar 13 juta hingga 14 juta ton dari total empat smelter bauksit yang sudah beroperasi.
"Kemampuan produksi dari smelter yang sudah beroperasi ini belum penuh, jadi penumpukan itu pasti tidak akan terjadi kalau menurut saya," kata Irwandy dalam Diskusi Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah, Senin (12/6).
Asal tahu saja, saat ini sudah ada 4 fasilitas pemurnian alias smelter yang telah beroperasi di dalam negeri yakni milik PT Indonesia Chemical Alumina memproduksi Chemical Grade Alumina (CGA), PT Bintan Alumina Indonesia produksi Smelter Grade Alumina (SGA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), dan PT WHW Ekspansi juga memproduksi SGA.
Menurutnya, angka produksi bijih bauksit dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2024 bakal berubah secara total. Angka produksi dinilai tidak akan setinggi saat ini.
"Mereka (penambang) pasti tidak akan menambang karena gak bisa ekspor lagi dan mereka pasti menunggu (untuk) menjual apabila smelter yang beroperasi menambah kapasitas," terang Irwandy.
Masih menurut Irwandy, kebijakan larangan ekspor mau tidak mau harus dilakukan untuk mendorong hilirisasi sektor mineral.
Menurutnya, ada peningkatan nilai tambah yang signifikan melalui program hilirisasi. Selain itu, produk akhir yang dihasilkan pun dipastikan bakal terserap oleh pasar.
"Ini bukan pekerjaan mudah, tapi apa yang kita lakukan sekarang dengan hilirisasi, produknya laku semua. Jadi kita optimistis makin ke hilir makin bagus," pungkas Irwandy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News