Reporter: Mona Tobing | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kinerja ekspor serta harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang melemah menjadi kesempatan industri pengolahan CPO dalam negeri untuk meningkatkan produksi. Hal itu bisa dilakukan apabila pemerintah konsisten menggarap energi terbarukan yakni biodisel.
Direktur Perdagangan PT Wilmar Nabati Indonesia Darwin Indigo khawatir ekspor CPO pada tahun depan akan terus menurun. Selain karena pasar Tiongkok dan India mulai mengurangi ketergantungan CPO, tahun ini produksi CPO juga bakal lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
"Itu efek kekeringan, baru akan terasa dampaknya 6 bulan sampai 12 bulan. Oleh karena itu produksi tahun ini sepertinya tidak akan lebih besar daripada tahun lalu," ujar Darwin, Kamis (13/11). Produksi yang melemah turut mendorong pelemahan kinerja ekspor CPO.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) sebelumnya merilis data, kinerja ekspor CPO dari Januari-September 2014 turun 1,75%. Pada periode yang sama tahun lalu, ekspor mencapai 15,3 juta ton, turun menjadi 15 juta ton pada 2014.
Penurunan ekspor membuat sejumlah perusahaan mengenjot konsumsi lokal. Rencana pemerintah menaikkan mandatori campuran biodiesel ke solar dari 10% menjadi 20%. Dengan kenaikan campuran itu, maka konsumsi CPO lokal diperkirakan akan naik sebesar 30%.
Saat ini dari total produksi CPO Indonesia yang sebesar 30 juta ton, sebanyak 20% dikonsumsi oleh industri dalam negeri. Dengan kenaikan itu maka penggunaan CPO dalam negeri diperkitakan akan mencapai 9 juta ton. Dari jumlah itu sebanyak 6 juta ton sampai 7 juta ton untuk industri makanan dan minuman dan sisanya sebesar 2 juta ton-3 juta ton untuk industri kimia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News