kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor dilarang, Central Omega (DKFT) akan gunakan bijih nikel untuk smelter internal


Kamis, 26 Desember 2019 / 16:54 WIB
Ekspor dilarang, Central Omega (DKFT) akan gunakan bijih nikel untuk smelter internal
ILUSTRASI. Perusahaan pertambangan nikel dan tembaga PT Central Omega Resources Tbk (DKFT).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi melarang ekspor bijih nikel kadar rendah mulai tahun depan. Kebijakan ini disikapi oleh beberapa perusahaan yang bergerak di pertambangan nikel, salah satunya PT Central Omega Resources Tbk (DKFT).

Corporate Secretary DKFT Johanes Supriadi mengatakan, pihaknua menerima kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkait larangan ekspor bijih nikel. Maka dari itu, DKFT akan menggunakan hasil produksi tambang bijih nikel untuk kebutuhan internal smelter milik perusahaan.

Saat ini DKFT memiliki smelter feronikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah yang memiliki kapasitas sebesar 100.000 ton feronikel per tahun.

Baca Juga: Mau Rights Issue, Central Omega (DKFT) Negosiasi dengan Calon Mitra

Hanya saja, harus diakui isu larangan ekspor bijih nikel tersebut sudah mulai dirasakan oleh DKFT. Dalam hal ini, ada kemungkinan penjualan bijih nikel perusahaan menyusut, bahkan sebelum aturan tersebut berlaku.

Catatan Kontan.co.id, DKFT memasang target penjualan bijih nikel sebanyak 1,01 juta ton di tahun 2019. Walau tidak menjelaskan secara rinci, Johanes menyebut target penjualan tersebut berpotensi gagal tercapai.

"Target 1,01 juta ton penjualan bijih nikel tidak bisa terwujud sepenuhnya. Realisasi kami di tahun ini kemungkinan 85%," ungkap dia, Kamis (26/12).

Pihak DKFT belum menentukan proyeksi penjualan bijih nikel untuk tahun depan. Namun, dengan adanya larangan ekspor, Johanes memastikan akan ada perubahan pada target penjualan bijih nikel perusahaan di 2020 nanti.

Baca Juga: Tunggu calon mitra strategis, rights issue Central Omega (DKFT) belum terealisasi

Di samping itu, DKFT masih fokus menggarap smelter feronikel tahap II yang juga berlokasi di Morowali Utara. Smelter ini ditargetkan selesai pembangunannya di tahun 2022 mendatang. Perusahaan sendiri membutuhkan dana senilai US$ 500 juta guna memperlancar proyek tersebut.

Dalam berita sebelumnya, DKFT mendapat restu untuk menerbitkan saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Johanes belum bisa memberi keterangan lebih jauh soal perkembangan rencana right issue tersebut. "Saat ini perundingan dengan investor masih berlangsung," kata dia.

Yang terang, pembangunan smelter feronikel tahap II akan berlanjut. Pasalnya, smelter ini akan menopang kinerja DKFT di bidang pengolahan hasil tambang bijih nikel.

Sekadar catatan, kelak saat proyek ini selesai, total kapasitas smelter feronikel DKFT meningkat jadi 250.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×