kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Ekspor industri pengolahan sepanjang 2017 mencapai US$ 125 miliar


Rabu, 31 Januari 2018 / 16:25 WIB
Ekspor industri pengolahan sepanjang 2017 mencapai US$ 125 miliar
ILUSTRASI. Pabrik pengolahan makanan di PT Kelola Mina Laut Food


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sepanjang Januari-Desember 2017 sebesar US$ 125 miliar. Angka tersebut memberikan kontribusi tertinggi hingga 76% dari total nilai ekspor Indonesia yang mencapai US$ 168,73 miliar.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu faktor penting untuk memacu pertumbuhan industri, yaitu adanya akses kemudahan dalam memperluas pasar, baik di domestik maupun ekspor. "Jika pasar optimal, produksi bisa maksimal,” katanya, Rabu (31/1).

Kementerian Perindustrian mencatat, perolehan ekspor industri tahun lalu sebesar US$ 125 miliar atau setara Rp 1.673 triliun, meningkat jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan sebesar 13,14% dari tahun 2016 yang meraih US$ 110,50 miliar.

Sementara itu, capaian ekspor tahun 2015 adalah US$ 108,60 miliar. “Angka ekspor industri terus meningkat dan diproyeksi akan menjadi US$ 143,22 miliar pada tahun 2019,” ungkapnya.

Airlangga menyebutkan, komoditas yang mendominasi lima besar ekspor industri pengolahan sepanjang tahun 2017, yaitu minyak kelapa sawit berkontribusi tinggi terhadap ekspor industri makanan senilai Rp 272 triliun, diikuti produk pakaian jadi menyumbangkan Rp 90 triliun.

Selanjutnya, produk industri karet, barang karet, serta barang dari karet dan plastik sebesar Rp 66 triliun, produk industri barang kimia dan barang dari bahan kimia Rp 59 triliun, serta produk industri logam Rp 51 triliun. “Saat ini, negara tujuan ekspor utama kita antara lain adalah Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura,” tuturnya.

Guna meningkatkan pengapalan produk industri ke luar negeri, pemerintah terus berunding untuk menyepakati perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan beberapa negara tujuan ekspor seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. “Selain investasi, peningkatan ekspor dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional,” tegasnya.

Airlangga mengungkapkan, di sejumlah negara masih ada yang menetapkan tarif bea masuk terlalu besar bagi produk-produk industri dari Indonesia. Misalnya, Eropa dan Amerika yang mengenakan bea masuk ekspor untuk produk tekstil Indonesia sebesar 5%-20%. Sedangkan untuk sesama negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, sudah tanpa bea masuk atau nol persen.

“Kalau hambatan tersebut bisa dikurangi, pasti kinerja eskpor indusri tekstil dan alas kaki kita akan terus naik,” tuturnya. Apalagi, industri produk tekstil nasional memiliki daya saing yang tinggi di pasar global karena telah terintegrasi dari hulu sampai hilir. “Khusus industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati Tiongkok. Bahkan, di Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80%,” imbuhnya.

Oleh karenanya, Kemperin tengah gencar meningkatkan kinerja industri padat karya berorientasi ekspor. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah mengusulkan sektor ini mendapatkan insentif fiskal berupa pemotongan pajak penghasilan yang digunakan untuk reinvestasi.

Airlangga menyebutkan, industri padat karya berorientasi ekspor yang sedang didongkrak kinerjanya, antara lain sektor industri tekstil dan produk tekstil, industri alas kaki, industri pengolahan ikan dan rumput laut. Selain itu, industri aneka (mainan anak, alat pendidikan dan olah raga, optik, alat musik), industri farmasi, kosmetik dan obat tradisional, serta industri kreatif (kerajinan, fesyen, perhiasan).

Selanjutnya, industri barang jadi karet (ban kendaraan bermotor dan rethreading ban pesawat terbang), industri elektronik dan telematika (multimedia, software), industri furniture kayu dan rotan, serta industri makanan dan minuman (turunan CPO, olahan kopi, kakao).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×