Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berpeluang memangkas penggunaan capital expenditure (capex) untuk tiga proyek pembangunan smelter High Pressure Acid Lead (HPAL) di Pomalaa, Bahodopi, dan Sorowako.
Sebagaimana diketahui, INCO pernah menyebut bahwa tiga proyek smelter tersebut memiliki nilai investasi mencapai US$ 9 miliar atau setara Rp 147,37 triliun (asumsi kurs Rp 16.374 per dollar AS).
Chief Financial Officer (CFO) Vale Indonesia Rizky Andhika Putra menyampaikan, pihaknya bakal melakukan efisiensi capex pada ketiga proyek besar yang digarap INCO saat ini. Berdasarkan estimasi internal perusahaan, efisiensi capex tersebut bisa mencapai kisaran 15%.
“Ya kurang lebih seperti itu (15%), itu angkanya ditambah efisiensi,” ujarnya selepas RUPSLB INCO, Senin (28/7).
Baca Juga: Simak Strategi Bos Baru Vale Indonesia (INCO) untuk Genjot Kinerja
Dari tiga proyek smelter tersebut, INCO menargetkan pembangunan smelter HPAL di Pomalaa bakal tuntas pada kuartal IV-2026. Untuk smelter HPAL Pomalaa, INCO menggandeng mitra yaitu Zhejiang Huayou Cobalt Co., dan Ford Motor Company.
Sedangkan untuk smelter HPAL Bahodopi, INCO menggaet GEM International Co. Ltd sebagai mitra. Adapun untuk smelter HPAL Sorowako, perusahaan ini kembali bermitra dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, sebenarnya INCO bisa saja menjalankan proyek-proyek smelternya hanya dengan satu mitra strategis. Dalam hal ini, Zhejiang Huayou Cobalt dan GEM International merupakan mitra penyedia teknologi smelter bagi INCO, sedangkan Ford Motor Company berperan sebagai offtaker produk smelter.
Namun, untuk memitigasi risiko pasar nikel yang cukup fluktuatif, maka idealnya ada tambahan mitra lagi untuk pembangunan smelter HPAL INCO. Bernardus pun tak menampik pemberitaan akhir-akhir ini yang menyebut adanya ketertarikan investor Korea Selatan terhadap proyek smelter HPAL INCO di Sorowako.
“Pada dasarnya kami tidak batasi dari mana investor itu berasal,” kata dia dalam acara yang sama.
Yang terang, INCO siap menawarkan produk nikel yang berkelanjutan kepada para mitra strategis ketika hendak berinvestasi membangun smelter. Keunggulan operasional dan kepatuhan terhadap aspek keberlanjutan diklaim Bernardus membuat INCO memiliki daya tawar yang tinggi bagi para investor.
Selanjutnya: Laba Astra Agro Lestari (AALI) Naik 40,13% di Semester I-2025
Menarik Dibaca: Deloitte Perkuat Transformasi Audit Global lewat Generative AI dan Agen Cerdas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News