kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor komoditas pertanian tahun ini melempem


Kamis, 09 Oktober 2014 / 17:22 WIB
Ekspor komoditas pertanian tahun ini melempem
ILUSTRASI. Rencana strategi bisnis BTPN di tahun 2023


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Ekspor tiga komoditas yang menjadi andalan pertanian sektor perkebunan melempem. Selama enam bulan, ekspor tiga komoditas ini tidak mencapai separuh dari pencapaian sepanjang tahun 2013. 

Ketiga komoditas yang ekspornya melempem adalah: kopi, kakao dan karet. Kopi misalnya, volume ekspornya mencapai 157.264 ton pada semester satu. Sementara ekspor kopi sepanjang 2013 mencapai 534.025 ton. Lalu, kakao ekspor selama enam bulan terakhir mencapai 174.953 ton bandingkan dengan pencapaian selama 2013 mencapai 414.087 ton. Sementara dua komoditas jagoan perkebunan yakni: kelapa sawit dan karet ekspor juga biasa-biasa saja. 

Kelapa sawit volume ekspornya juga tidak istimewa yakni mencapai 12,7 juta ton dengan produksi setahun 2013 menembus 25,7 juta ton. Sedangkan ekspor karet relatif stabil mencapai 1,36 juta ton disemester satu 2014 dan sepanjang tahun 2013 mencapai 2,7 juta ton. Sebaliknya, ekspor kelapa terbilang manis dengan volume mencapai 868.978 ton selama satu semester dari pencapaian tahun 2013 sebesar 1,2 juta ton 

Kondisi iklim tanah air di awal tahun dengan curah hujan tinggi menjadi dalang produksi turun. Sehingga produktifitas rendah ditambah harga komoditas perkebunan yang cenderung melemah karena mata uang Rupiah melemah dari Dollar. 

Gamal Nasir, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian menjelaskan, pada dua komoditas kopi dan kakao dapat dimaklumi penurunan ekspornya. Sebab, kondisi pasar dunia juga mengalami penurunan produksi. Negara seperti Brasil dan Vietnam yang menjadi penghasil terbesar kopi juga mengalami hal yang serupa.

Kedua negara tersebut lebih mementingkan kebutuhan dalam negeri ketimbang harus ekspor. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia. "Itulah mengapa harga kopi cukup tinggi. Negara-negara produsen kopi lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," kata Gamal pada Kamis (9/10). 

Hal serupa juga terjadi pada kakao. Gamal mengatakan ekspor kakao yang turun terjadi karena industri hilirnya tengah berkembang. Jika biji kakao dulu diekspor sekarang sudah banyak industri dalam negeri yang menyerap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×