kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.284.000   34.000   1,51%
  • USD/IDR 16.595   -40,00   -0,24%
  • IDX 8.169   29,39   0,36%
  • KOMPAS100 1.115   -0,85   -0,08%
  • LQ45 785   2,96   0,38%
  • ISSI 288   0,88   0,31%
  • IDX30 412   1,48   0,36%
  • IDXHIDIV20 463   -0,53   -0,11%
  • IDX80 123   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 129   -0,13   -0,10%

Ekspor Minyak Sawit Diproyeksi Seret hingga Akhir 2025, Apa Sebabnya?


Selasa, 07 Oktober 2025 / 16:58 WIB
Ekspor Minyak Sawit Diproyeksi Seret hingga Akhir 2025, Apa Sebabnya?
ILUSTRASI. Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia akan seret hingga akhir 2025 jika pemerintah tidak melakukan penyesuaian kebijakan harga dan bea ekspor. REUTERS/Lim Huey Teng


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, memperkirakan kinerja ekspor minyak sawit Indonesia masih akan seret hingga akhir 2025 jika pemerintah tidak segera melakukan penyesuaian kebijakan harga dan bea ekspor.

“Indonesia perlu menurunkan harga jual CPO di pasar global agar lebih kompetitif, dan sementara waktu mempertimbangkan penurunan bea keluar (BK) untuk produk sawit ekspor,” ujar Sahat kepada Kontan, Selasa (7/10/2025).

Menurutnya, langkah tersebut penting untuk menahan penurunan permintaan dari pasar utama seperti India, apalagi saat harga minyak nabati pesaing seperti soyoil lebih murah di pasar dunia. 

Baca Juga: Impor Minyak Sawit India Turun ke Level Terendah Empat Bulan, Soyoil Jadi Pilihan

Saat ini, harga CPO di Rotterdam mencapai sekitar US$ 1.345 per ton, sedangkan soyoil tercatat US$ 1.043 per ton.

“Ini situasi yang tidak biasa, karena biasanya harga CPO justru lebih rendah sekitar US$ 50–US$120 per ton dibandingkan soybean oil,” jelasnya.

Sahat juga menyarankan agar pemerintah mengurangi porsi pemakaian biodiesel domestik dari B40 menjadi B20.

“Harga fosil juga menurun ke level US$ 62/barrel, jadi lebih baik mendapat devisa tambahan yang tinggi dari sawit, CPO & turunannya, karena lebih kompetitif juga di pasar global,” katanya.

Baca Juga: Subsidi B40 Berpotensi Membengkak

Ia menegaskan, strategi penyesuaian harga dan ekspor menjadi kunci agar industri sawit Indonesia tetap mampu bersaing di tengah dinamika harga global yang tidak lazim, di mana CPO justru lebih mahal dari soyoil.

Mengutip The Hindu Business Line, impor minyak sawit India pada September 2025 turun 15,9% secara bulanan menjadi 833.000 ton metrik, level terendah sejak Mei 2025. 

Penurunan tersebut berdasarkan estimasi dari lima pedagang besar di negara tersebut dan menjadi sinyal tekanan baru bagi kinerja ekspor sawit Indonesia.

Selanjutnya: Ada MBG, Estika Tata Tiara (BEEF) Optimistis Pendapatan Tumbuh di Kuartal III

Menarik Dibaca: 7 Alasan Jamu Kunyit Asam Bagus untuk Wanita, Bantu Cegah Osteoporosis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×