Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - KARANGASEM. Tak lama lagi PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) akan mengekspor All New Ertiga. Rencananya pada semester II-2018 mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) ini akan siap diekspor ke berbagai negara.
Harold Donnel, Head of Product Development & Marketing Research PT Suzuki Indomobil Sales menjelaskan rencana awal Ertiga akan mulai diekspor pada September nanti.
Ekspor rencananya ke 13 negara di Amerika Selatan, satu negara Oceania, satu negara di Karibia, serta negara-negara Asia. "Kesiapan ekspor bergantung pada proses homologasi negara bersangkutan nantinya" kata Harold dalam acara Suzuki All New Ertiga Media Test Drive, Selasa (26/6).
Menurutnya ada kemungkinan untuk ekspor akan ada perubahan komposisi mesin mengikuti standar aturan dan pilihan dari negara tersebut. Di Indonesia performa mesin All New Ertiga disempurnakan dengan mesin baru berkode K15B. Dari segi emisi, All New Ertiga memiliki Multi Point Injection yang sudah memenuhi standarisasi EURO 4.
Sejatinya produksi Ertiga ada dua lokasi pabrik. Yakni dari Maruti Suzuki di India serta SIS pabriknya ada di Cikarang. Hanya saja Suzuki Ertiga diperbaharui mengiktui permintaan Suzuki Indonesia. "Tentu kita inisiasi dasar untuk peluncuran Ertiga ini, serta sudah feasibility study, perhitungan harga pokok produksinya," tambahnya.
Ditargetkan produksi Ertiga nasional mencapai 5.000 unit per bulan atau mencapai pangsa pasar MPV sebesar 20%. Sedangkan untuk ekspor mengikuti tahun fiskal 2018 ditargetkan mencapai angka 12.000 unit.
Tahun lalu total ekspor Suzuki naik 44% menjadi 63.568 unit. Ekspor Suzuki yang terdiri dari mobil utuh (completely built up/CBU) dan mobil terurai (completely knock down/CKD) mampu menunjukan tren positif sepanjang tahun 2017 ini. Terbukti raihan ekspor mobil utuh (CBU) melejit sebesar 24,6% menjadi 28.504 unit pada 2017, dibandingkan dengan 2016 yang hanya sebanyak 22.861 unit. Sedangkan ekspor kendaraan dalam bentuk terurai (CKD) Suzuki juga naik 65% menjadi 35.064 unit dari 21.264 unit. S
Suzuki APV menjadi model terbanyak yang diekspor, yakni sebanyak 16.308 unit. Meski begitu, Suzuki Ertiga mencetak lonjakan ekspor tertinggi hingga 95 % menjadi 12.196 unit tahun lalu dari sebelumnya 6.258 unit.
Lonjakan volume membuat nilai ekspor Suzuki Indonesia menyentuh level tertinggi dalam enam tahun terakhir, yaitu sebesar Rp 5,2 triliun pada 2017. Jumlah itu naik 33 % dari 2016. Detailnya, total ekspor CBU mencapai Rp 2,9 triliun, CKD Rp 1,8 triliun, dan komponen Rp 500 miliar. Ekspor Suzuki menyasar ke 56 negara. Perinciannya, sembilan negara Asia, delapan negara Timur Tengah, lima negara Afrika, empat negara Oseania, kemudian 30 negara Amerika Latin dan Karibia.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono, menjelaskan sebagai perusahaan yang memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor pihaknya ingin produksi terus meningkat.
Warih menyebut dalam jangka pendek perlu ada ekspansi destinasi negara baru. Mengingat sementara ini, negara Timur Tengah mengalami penurunan permintaan. TMMIN mengharapkan dengan adanya kenaikan harga minyak dunia bisa meningkatkan permintaan. "Selain itu negara-negara baru yang bisa dimasuki yakni Australia, negara Afrika, serta negara Asia. Seperti Myanmar dan Laos. Tentu saja perlu juga menyiapkan model-model kendaraan yang bisa diterima di negara masing-masing," kata Warih beberapa waktu lalu.
Dalam jangka menengah, Indonesia menurutnya perlu juga mengurangi impor. Apalagi saat ini bahan baku material masih sebagian diimpor. Hal tersebut tentunya memperberat rantai pasok yang ada. "Industri hilir perlu diperhatikan agar impor bisa berkurang," katanya.
Tahun ini, TMMIN akan fokus pada upaya penggunaan beberapa bahan baku lokal seperti aluminium dan baja yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan lokal negara.Adapun saat ini model kendaraan yang diproduksi oleh pabrik TMMIN yaitu Etios Valco, Vios, Yaris dan Sienta sudah menggunakan komponen lokal sebesar 60% - 80%.
"Saat ini kondisi makro ekonomi tidak ada masalah. Oleh karena itu, kita tentu ingin menaikan produktivitas di pabrik. Kami optimis target pertumbuhan produksi yang dicanangkan bisa tercapai," kata Warih.
Catatan saja, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengumumkan performa ekspor kendaraan bermerek Toyota dalam bentuk completly Built-Up (CBU) sepanjang 2017 lalu,mencapai 199.600 unit atau naik 18% dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar 169.100 unit. Ditargetkan tahun ini bisa ada kenaikan pertumbuhan 10%.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (Gaikindo) menyebutkan produksi nasional untuk kebutuhan ekspor masih bisa terus digenjot. "Sejauh ini masih optimistis tahun ini ada kenaikan ekspor," kata Kukuh, Selasa (26/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News