kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor produk perikanan budidaya pangan digenjot, kebutuhan domestik harus terpenuhi


Selasa, 19 Februari 2019 / 08:17 WIB
Ekspor produk perikanan budidaya pangan digenjot, kebutuhan domestik harus terpenuhi


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi budidaya perikanan terus meningkat. Bahkan ikan yang biasa digunakan untuk ketahanan pangan kini sudah mulai diekspor. Melihat hal tersebut kebutuhan dalam negeri tetaplah menjadi hal utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan ekspor.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebijakto menuturkan bahwa menjadi tantangan internal dimana peningkatan permintaan akan produksi perikanan budidaya. Terlebih produk perikanan budidaya yang biasa digunakan dalam pemenuhan ketahanan pangan mulai diekspor.

”Jadi pemenuhan produksi dalam negeri harus ditingkatkan, begitu juga untuk ekspor. Karena sekarang bukan hanya udang saja dan rumput laut saja yang ekspor. Ikan penopang itu nila, lele, patin, bandeng, sekarang ikan ketahanan pangan itu potensi ekspor, Gurame juga ekspor. Mau tidak mau kita harus pacu produksi untuk penuhi makan kita,” tutur Slamet.

Jenis produk perikanan budidaya yang biasa digunakan dalam ketahanan pangan adalah patin, gurame, lele, dan bandeng. Dalam kurun waktu 2015-2018 volume perikanan budidaya meningkat rata-rata sebesar 3,36%. Komoditas yang meningkat signifikan adalah udang (32,68%), gurame (35,04%), lele (24,66%), kakap (19,26), nila (12,85%).

”Kalau kita lihat dari pasar hampir seluruh permintaan ikan budidaya tidak mengalami permasalahan, artinya masyarakat masih menerima dan bahan baku itu dirasakan masih bisa diserap masyarakat, konsumsi makan ikan naik tajam bisa naik 50 kg per kapita per tahun. Tapi kondisi pasar belum mengalami penurunan. Apalagi patin sekarang jadi komoditas untuk di eskpor. Jadi ini saya kira peluang sangat terbuka lebar,” jelas Slamet.

Nilai Tukar Pembudidayaan Ikan (NTPi) naik rata-rata 0,38% per tahun, sedangkan untuk Nilai Tukar Usaha Perikanan Budidaya Ikan (NTUPi) juga naik rata-rata 2,02% per tahun. Dengan meningkatnya NTUPi dan NTPi berarti meningkat juga rata-rata penadapatan para pembudiya sebesar 4,21% pertahun. Pada 2018, pendapatan pembudiya ikan mencapai Rp 3,39 juta.

Melihat proyeksi komoditas perikanan budidaya yang meningkat, Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi sekitar 29 juta ton dengan 60% untuk rumput laut dan 40% ikan pada tahun ini. “Kami masih verikfiasi data yang ada saat ini,” sambung Slamet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×