kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.609.000   -2.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Ekspor rajungan berpotensi melesat


Rabu, 28 Februari 2018 / 18:24 WIB
Ekspor rajungan berpotensi melesat
ILUSTRASI. Pengolahan Rajungan


Reporter: Abdul Basith | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor rajungan berpotensi melesat pada tahun 2018. Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia memperkirakan tahun ini nilai ekspor rajungan mencapai US$ 400 juta. 

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) Hawis Madduppa mengatakan, prospek ekspor rajungan yang cukup bagus tercermin dari capaian ekspor rajungan pada tahun lalu. 

Nilai ekspor rajungan pada tahun 2017 mencapai US$ 308 juta. Angka tersebut membawa rajungan menjadi komoditas ekspor perikanan terbesar ketiga setelah udang dan tuna. "Ekspor rajungan berada di posisi ketiga terbesar ekspor produk perikanan di bawah udang dan tuna," ujar Hawis kepada KONTAN, Rabu (28/2).

Hawis memperkirakan nilai ekspor rajungan akan naik menjadi US$ 400 juta di tahun ini. Kenaikan tersebut didorong oleh harga rajungan yang selalu naik.

Rajungan Indonesia saat ini paling besar diekspor ke Amerika Serikat (AS). Hampir 90% hasil rajungan diekspor ke AS.

Kualitas rajungan Indonesia dibuktikan dengan produk rajungan Indonesia mendominasi pasar AS. Hawis bilang hampir 50% rajungan di AS berasal dari Indonesia.

Pada tahun 2017 Indonesia berhasil ekspor rajungan ke AS tanpa penolakan oleh United States Food and Drugs Administration (USFDA). Hal itu memperlihatkam kualitas rajungan Indonesia yang baik. "Tahun 2017 tidak ada yang direject USFDA, AS sangat ketat dalam kulitas," terang Hawis.

Sebelumnya pada 2016 masih ada penolakan rajungan oleh USFDA. Penolakan tersebut diduga akibat proses pengiriman yang membuat rajungan terkontaminasi.

Selain kualitas, persentase daging dalam rajungan menjadi daya saing bagi ekspor rajungan. Hawis bilang untuk ekspor, persentasi daging rajungan harus melebihi 15%.

Pentingnya ukuran tersebut membuat perlunya pengolahan secara berkelanjutan termasuk terkait dengan alat tangkap. Penangkapan ikan dengan cantrang dinilai dapat mengganggu produksi rajungan.

Cantrang dapat membuat rajungan yang masih kecil ikut terangkat. Selain itu, cantrang yang menyeret pantai dinilai kerap ikut membawa alat tangkap yang dipasang nelayan rajungan.

Rajungan terdapat di beberapa wilayah di Indonesia. Pusat rajungan adalah Medan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Barat.

Potensi ekspor rajungan juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang kelautan dan perikanan, Yugi Prayanto. Yugi bilang prospek pasar komoditas tersebut tinggi.

"Rajungan dan kepiting prospek pasarnya bagus sementara produksinya masih undersupply," jelas Yugi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×