kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.445   1,00   0,01%
  • IDX 7.886   84,28   1,08%
  • KOMPAS100 1.105   15,66   1,44%
  • LQ45 799   5,45   0,69%
  • ISSI 270   3,79   1,42%
  • IDX30 414   3,13   0,76%
  • IDXHIDIV20 481   3,65   0,76%
  • IDX80 121   0,81   0,67%
  • IDXV30 133   1,45   1,10%
  • IDXQ30 134   1,23   0,93%

Ekspor Tekstil ke AS Terkoreksi Setelah Sebulan Tarif Tinggi Berlaku


Rabu, 03 September 2025 / 17:00 WIB
Ekspor Tekstil ke AS Terkoreksi Setelah Sebulan Tarif Tinggi Berlaku
ILUSTRASI. Pengunjung mengamati mesin jahit sepatu di pameran Indo Leather & Footwear (ILF) Expo 2025, JIXPO kemayoran, Jakarta, Kamis (14/8/2025). Penerapan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) terhadap produk impor, termasuk dari Indonesia, mulai dirasakan dampaknya oleh industri tekstil nasional.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) terhadap produk impor, termasuk dari Indonesia, mulai dirasakan dampaknya oleh industri tekstil nasional. 

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, mengatakan sektor hulu sudah mulai menunjukkan pelemahan pesanan, terutama pada produk serat rayon.

“Kalau dari hulu ada pengaruh khususnya di serat rayon, ordernya turun. Kalau polyester fiber dan filament tidak banyak perubahan karena ekspor ke AS kita memang sangat kecil. Tapi kalau melihat data, memang pakaian jadi mengalami penurunan yang cukup besar,” ujar Redma kepada Kontan, Rabu (3/9).

Baca Juga: Tarif Impor 19% AS Berlaku, Ekspor Tekstil Berpotensi Menurun

Menurutnya, tarif tinggi tersebut lebih banyak menjadi beban bagi buyer di AS. Dampaknya, struktur biaya industri dalam negeri tidak berubah signifikan. Namun tekanan harga dari pembeli luar negeri makin terasa. 

"Tarif ini menjadi beban buyer US, jadi tidak memengaruhi struktur biaya industri di Indonesia. Hanya memang tekanan harganya jadi semakin besar, karena para buyer AS pun mengalami tekanan dari konsumennya,” jelasnya.

Dari sisi strategi, Redma mengakui pelaku industri tetap berupaya memperluas penetrasi ke pasar non-tradisional. Namun kondisi global saat ini membuat langkah itu tidak mudah. 

"Upaya penetrasi pasar masih terus dilakukan, tapi dengan kondisi sekarang masih sangat berat,” katanya.

Baca Juga: Negosiasi Tarif Ekspor ke AS: Indonesia Incar 0% untuk CPO, Kakao, dan Tekstil

Soal daya saing, Redma menyebut posisi Indonesia relatif tidak berubah jika dibandingkan Vietnam karena tarifnya sama-sama naik. Namun dibandingkan Bangladesh dan Kamboja, posisi Indonesia justru sedikit membaik. 

"Kalau dibanding Bangladesh atau Kamboja daya saing kita jadi lebih baik pasca tarif baru. Tapi memang pasar di AS yang terkoreksi cukup dalam,” jelasnya.

Dengan kontribusi pasar AS yang cukup besar bagi ekspor garmen Indonesia, asosiasi menilai koreksi ini akan terus dipantau pelaku usaha. Industri berharap pemerintah dapat mempercepat perluasan akses pasar ke negara lain guna mengurangi ketergantungan terhadap AS.

Selanjutnya: 15 Rekomendasi Makanan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami Menurut Ahli

Menarik Dibaca: 15 Rekomendasi Makanan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami Menurut Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×