kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Eksportir buah meraup untung pelemahan rupiah


Rabu, 26 Agustus 2015 / 18:26 WIB
Eksportir buah meraup untung pelemahan rupiah


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membawa berkah bagi produk-produk komoditas ekspor. Salah satunya adalah ekspor buah-buahan tropis asal Indonesia seperti mangga, pisang, salak dan manggis.

Namun kondisi ini tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal karena banyak produk buah asal Indonesia belum memiliki produktivitas yang maksimal. Karena itu produktivitasnya masih kalah dibandingkan produk buah negara lain, baik dari secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas.

Khafid Sirotuddin, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) mengatakan peluang ekspor buah saat ini memang cukup besar. Namun karena produktivitas buah tropis Indonesia masih kecil maka kesempatan ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Selama ini, Khafid bilang, Indonesia mengandalkan produk mangga, pisang, salak dan manggis di pasar ekspor. Tapi karena jumlahnya tidak banyak maka biaya transportasinya menjadi tinggi.

"Kita biasanya naikkan buah itu ke pesawat yang biaya transportnya menggunakan dollar," ujar Khafid kepada KONTAN, Rabu (26/8).

Ia menjelaskan untuk mengangkut buah lewat kapal masih susah dilakukan lantaran ada batas minimal dengan berat 25 ton atau setidaknya 20 ton agar tidak rugi. Namun faktanya, selama ini, rata-rata ekspor buah itu 2 sampai 5 ton saja sekali ekspor. Karena itu, eksportir harus menaikkan buah tersebut ke pesawat.

Sementara itu, untuk buah sub tropis yang diimpor dari luar negeri harganya menjadi meroket di dalam negeri. Khafid mengatakan selama ini ada banyak buah impor yang merajai pasar buah Indonesia seperti apel, lengkeng, pisang, lemon, dan anggur.

Pelemahan rupiah terhadap dollar membuat harga buah-buahan impor menjadi sangat mahal dan para importir buah memilih membatasi impor buah mereka untuk meminimalisir kerugian.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag) nilai ekspor pisang Indonesia di pasar global tahun 2014 meningkat tajam menjadi US$ 16,18 juta meningkat tajam dibandingkan ekspor pisang 2010 sebesar US$ 48.000. Sementara itu ekspor pisang Indonesia ke Jepang saja pada tahun 2015 senilai US$ 278.000 atau sekitar 4,53% dari total ekspor pisang Indonesia ke pasar dunia.

Sementara itu, ekspor buah manggis di pasar internasional pada tahun 2014 mencapai US$ 2,3 miliar. Indonesia menduduki peringkat ke-31 eksportir buah di pasar global. Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Thailand sebesar 42%, Malaysia 25%, Hong Kong 22,3%, Uni Emirat 3% dan Singapura 2,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×