Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kemarau panjang atau El Nino tahun 2015 ini ternyata lebih kuat dibandingkan El Nino tahun 1998. Hingga bulan Oktober 2015, kekeringan masih saja berlanjut di sebagian besar wilayah Indonesia.
Akibatnya, sejumlah tanaman pangan seperti padi mengalami gagal panen akibat kekeringan. Karena itu, di musim gadu kali ini, pasokan beras dari petani berkurang akibat berkurangnya panen di sejumlah tempat.
Dampak El Nino juga dirasakan PT Sumber Energi Pangan (SEP), anak usaha dari Triputra Group. Selama panen di musim gadu ini, bahan baku padi sempat mengalami penurunan sampai 70%.
Sebagai pembanding, rata-rata produksi beras SEP saat ini 15.000 ton beras per bulan dari dua pabrik beras dengan kapasitas 16.000 ton beras per bulan. Dampak penurunan bahan baku ini telah diantisipasi sejak lama oleh SEP.
Presiden Direktur SEP Martinus S. Sinarya mengatakan, pada panen musim gadu ini volumenya lebih kecil ketimbang saat panen raya. Di sisi lain, faktor El Nino yang berkepanjangan menyebabkan musim tanam padi mundur.
Namun buat SEP, kondisi ini tidak masalah karena sudah dipersiapkan sebelumnya. "Kami beruntung punya silo (tempat penyimpanan gabah)," ujar Martinus kepada KONTAN, Rabu (28/10).
Menurut Martinus, silo milik SEP dapat menyimpan stok gabah selama tiga bulan lamanya. Dengan adanya Silo tersebut, maka SEP optimis target produksi tahun ini tidak akan meleset.
Pada awal tahun 2015, SEP menargetkan bisa memproduksi beras sebanyak 125.000 ton beras. Dimna pada semester pertama 2015, SEP telah memproduksi 60.000 ton. Martinus juga mengaku tidak masalah soal harga ditingkat petani karena tidak ada kenaikan harga gabah ditingkat petani.
SEP menjalin kerjasama dengan para petani sawah dengan membeli gabah atau beras di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk gabah SEP membeli di atas harga Rp 4.300 per kg, dan beras di atas harga Rp 7.300 per kg. Dengan demikian, SEP dapat membantu petani mendapatkan harga yang tinggi bagi padi atau beras milik mereka.
Untuk meningkatkan produksinya, SEP berencana membangun tiga pabrik yang ditargetkan selesai tahun 2018. Pabrik penggilingan beras ini akan di bangun di Jawa Timur, Sulawesi dan Aceh. SEP menargetkan nantinya memiliki total lima pabrik beras pada tahun 2018. Maka SEP mengharapkan bisa meningkatkan produksi hingga 700.000 ton beras per tahun.
Dan pada tahun 2020, SEP ditargetkan dapat memproduksi 1 juta ton beras per tahun dan menguasai 2,5% pangsa pasar dari 40 juta kebutuhan beras di Indonesia per tahun. Investasi tiap pembangunan satu pabrik sekitar Rp 150 miliar.
SEP juga telah memiliki jaringan untuk menjual beras mereka ke pasar untuk dikonsumsi masyarakat. Jaringan tersebut akan diperluas di seluruh Indonesia dan diharapkan bisa menjangkau masyarakat kelas menengah ke bawah dengan merek 'Raja Beras'. SEP juga menjual beras itu kepada seluruh karyawan Kirana Megatara Grup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News