kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

El Nino berdampak pada perkebunan sawit


Kamis, 10 September 2015 / 16:02 WIB
El Nino berdampak pada perkebunan sawit


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Kemarau panjang atau El Nino masih menjadi momok yang menakutkan bagi perusahaan perkebunan di Indonesia. Tak terkecuali perkebunan kelapa sawit. Tercatat sekitar 40% lahan perkebunan sawit di bagian selatan khatulistiwa berpotensi mengalami dampak kekeringan dari 10 juta lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan, El Nino akan menyebabkan proses pembesaran buah kelapa sawit mengecil 3%-4% pada tahun depan. Dan, jumlah bakal buah bisa berkurang sekitar 5%-10% pada 2016.

Bila El Nino belangsung sampai akhir tahun, maka pohon kelapa sawit akan bereaksi dengan mengurangi pembentukan buah. "Kalau pada tahun ini mungkin penurunannya 1,5% secara kalkulasi atau buahnya lebih kecil 1,5% dari ukuran biasa, tapi jumlahnya sama karena terbentuknya buah itu terjadi tiga sampai empat bulan lalu," ujar Derom, Kamis (10/9).

DMSI memperkirakan, produksi kelapa sawit tahun ini sebesar 31,5 juta ton. Tahun ini, efek El Nino terhadap produksi memang tidak terlalu signifikan, hanya berkurang 1,5% atau sekitar 0,3 juta-0,45 juta ton saja dari estimasi produksi tahun ini.

Namun pada tahun depan, kalau kekeringan berlangsung lama maka penurunan produksi bisa mencapai 15% dari total 4 juta ha perkebunan sawit di bagian selatan garis khatulistiwa. "Jadi penurunan produksinya sekitar 6% kalau parah banget," ujarnya.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menambahkan, bila kekeringan berlangsung sampai Desember 2015, maka kekeringan di bagian selatan katulistiwa mencapai 4 juta ha.

Kondisi ini makin memperparah kinerja industri sawit yang selama ini sudha tertekan penurunan harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional. "Rendahnya produksi buah kelapa sawit juga turut menyebabkan minimnya pendapatan perusahaan," ujarnya.

Untuk membantu menggairahkan industri ini, ia mendukung adanya industri hilir pengolahan sawit dalam negeri seperti oleokimia, biodiesel, refined and modified oil atau minyak goreng. Hasil olahan minyak sawit ini memiliki pasar yang beragam.

Ia berharap pengembangan industri hilir bisa lebih banyak lagi dengan pengembangan biolubricant atau pelumas nabati. Dengan adanya pengembangan biolubricant ini, Sahat optimis penyerapan CPO dalam negeri bisa lebih besar lagi.

Apalagi potensi pasar biolubricant di dalam negeri cukup besar. Produk ini bisa diserap mesin-mesin pengolahan makanan atau kapal penyeberangan yang beroperasi di danau. Ia memprediksi kalau wacana ini jadi kenyataan, maka potensi penyerapan biolubricant mencapai 650.000 - 700.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×