kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.945.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.286   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.606   72,97   0,97%
  • KOMPAS100 1.082   12,05   1,13%
  • LQ45 799   5,84   0,74%
  • ISSI 254   -0,32   -0,13%
  • IDX30 413   3,82   0,93%
  • IDXHIDIV20 472   5,31   1,14%
  • IDX80 120   0,79   0,66%
  • IDXV30 126   1,87   1,51%
  • IDXQ30 132   1,51   1,16%

Emiten dan Asosiasi Ungkap Tantangan & Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025


Senin, 11 Agustus 2025 / 09:55 WIB
Emiten dan Asosiasi Ungkap Tantangan & Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025
ILUSTRASI. FILE : Komplek PT. Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) di Cilegon, Banten. PT. Chandra Asri Pacific Tbk , selaku anak usaha PT Barito Pacific Tbk. Sejumlah emiten dan pelaku industri mengungkap tantangan dan peluang sektor kimia pada semester II-2025.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten dan pelaku industri mengungkap tantangan dan peluang sektor kimia pada semester II-2025. Sebagian tetap memasang mode waspada seiring tekanan yang membayangi di pasar dalam negeri maupun faktor global.

Secara agregat, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 9,39% secara tahunan pada triwulan II-2025.

Menurut BPS, pertumbuhan itu sejalan dengan peningkatan permintaan domestik untuk produk farmasi dan obat tradisional, serta permintaan luar negeri untuk bahan dan barang kimia.

Namun untuk industri kimia, realita di lapangan pada semester I-2025 tak seindah angka yang tersaji.

Baca Juga: Industri Kimia Dibayangi Banjir Impor dan Daya Beli

Sekretaris Jenderal Indonesia Olefin, Aromatic and Plastic Industry Association (Inaplas) Fajar Budiyono mengungkapkan kondisi industri kimia hulu cenderung tertekan pada separuh pertama tahun ini.

Fajar menyoroti dampak dari barang impor yang membanjiri pasar dalam negeri, terutama produk bahan baku plastik dari China. Kondisi ini menekan tingkat utilisasi industri kimia di dalam negeri yang kini sedang tertekan di sekitar level 70%.

Tekanan juga datang dari pelemahan daya beli yang menurunkan permintaan pada sejumlah sektor.

Selain itu, ada dampak dari faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak mentah dunia dan eskalasi geopolitik, terutama di timur tengah, yang membawa kendala pada rantai pasok bahan baku.

Fajar menggambarkan, tekanan tersebut bahkan membuat salah satu pabrik anggota Inaplas menghentikan kegiatan produksinya.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Luncurkan Injeksi Penghilang Nyeri Produksi Lokal

"Kalau dibandingkan tahun lalu (kinerja industri kimia) nggak terlalu bagus. Impor banyak sekali dari China. Kalau daya beli makin turun, kami juga khawatir utilisasi juga ikut menurun," terang Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/8).

Memasuki semester kedua, Fajar berharap adanya proteksi dari banjir produk impor, terutama dari China.

Sekaligus dorongan untuk menumbuhkan daya beli dan konsumsi masyarakat, sehingga bisa kembali menggairahkan permintaan dari pasar dalam negeri. Dengan begitu, utilisasi industri kimia diharapkan akan kembali terdongkrak.

"Kami berharap banyak ke pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri agar utilisasi bisa naik, terutama di industri hilir dan industri intermediate. Sebenarnya potensi untuk naik masih ada, tapi bagaimana pemerintah mendorong daya beli, terutama di sektor manufaktur," ujar Fajar.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Industri Kimia Khusus Indonesia (AIKKI) Ridwan Adipoetra menyoroti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Baca Juga: Kimia Farma Dukung Kopdes Merah Putih Akses Obat dan Layanan Kesehatan

Penetapan aturan TKDN terbaru diharapkan bakal membuka peluang besar bagi industri kimia nasional untuk meningkatkan penjualan dalam negeri.

Melalui reformasi TKDN, pelaku industri mengharapkan produk dengan kandungan lokal tinggi akan lebih kompetitif, terutama dalam pengadaan pemerintah dan BUMN.

Sedangkan untuk pasar ekspor, Ridwan melihat ada peluang dari kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Menurut Ridwan, tarif impor yang lebih tinggi terhadap produk kimia dari negara pesaing seperti China, memberikan keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia yang berorientasi ekspor. Dengan begitu, ada peluang untuk memperluas pangsa pasar ke AS.

Adapun, anggota AIKKI telah mengekspor produk kimia ke berbagai kawasan. Mencakup Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, Afrika dan Australia.

Baca Juga: Menakar Prospek dan Strategi Emiten Industri Kimia pada 2025

"Respons positif dari Kementerian Perdagangan terhadap permintaan kami untuk mendorong ekspor ke negara-negara tujuan anggota AIKKI. Potensi pembukaan akses pasar baru dan fasilitasi promosi produk kimia Indonesia di luar negeri," ungkap Ridwan.

Meski di sisi yang lain, pemerintah dan pelaku industri perlu semakin waspada terhadap banjir produk impor dari China ke pasar dalam negeri. Dus, Ridwan menyoroti perlunya strategi proteksi, peningkatan kualitas serta efisiensi produksi di dalam negeri.




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×