kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Empat Pabrik Kulit Dibangun untuk Pasar Ekspor


Minggu, 12 Oktober 2008 / 17:32 WIB
Empat Pabrik Kulit Dibangun untuk Pasar Ekspor
ILUSTRASI. Workers leave Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, September 2, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Abdul Wahid Fauzie |

JAKARTA. Krisis bahan baku kulit tidak menghalangi niat para investor untuk membenamkan duitnya pada industri ini. Hingga saat ini, ada empat perusahaan asing dan lokal yang berniat melakukan pembangunan pabrik sarung tangan kulit.

Keempat perusahaan yang berencana menjajal peruntungan tersebut adalah PT Laurige Asia yang berlokasi di Surabaya dengan kapasitas 75.000 unit setahun. Selain itu, PT Sport Glove Indonesia yang berlokasi di Tangerang dengan kapasitas 4,3 juta unit, lalu PT Sinar Kencana Makmur Jaya dan PT Sanku Glove di Gamping, Sleman, Yogyakarta, masing-masing berkapasitas 2 juta unit. "Total investasinya mencapai US$ 6 juta," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyamakan Kulit (APKI) Agit Punto Yuwono, Jumat (10/10).
 
Rencananya, keempat perusahaan ini akan merampungkan pembangunan pabriknya pada tahun depan, dan hasil produksinya akan dilempar untuk pasar Eropa. Menurut Agit, krisis bahan baku kulit membuat keempat perusahaan ini mengimpor kulit dari berbagai negara, di antaranya Brazil, Turki, dan Yaman.
 
Walau sedang mengalami krisis bahan baku, APKI tidak berencana meminta kepada pemerintah untuk memasukkan industri ini dalam Daftar Negatif Investasi (DNI). Soalnya, dengan 100 perusahaan yang telah eksis saja belum mampu memenuhi permintaan penyamakan kulit. "Baru kita penuhi sebesar 40% hingga 50%," tegasnya.
 
Bukan hanya itu, jika masuk dalam DNI, maka perusahaan tersebut akan membangun pabriknya di luar Indonesia, sehingga perusahaan kulit dalam negeri bakal kesulitan untuk mendapatkan kulit. "Jadi, nantinya ada persaingan untuk mendapatkan kulit dengan negara lain," paparnya.

Direktur Industri Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) Budi Irmawan membenarkan adanya empat perusahaan yang sedang berniat membangun pabriknya dengan total investasi sebesar US$ 6 juta hingga US$ 10 juta. "Semua barang produksinya akan diekspor," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×