Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pertambangan minyak dan gas, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan pertumbuhan laba bersih senilai US$ 45,69 juta pada sembilan bulan pertama 2023. Angka ini meningkat 4% secara year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 44,14 juta.
Sementara, ENRG mencatat penurunan pada pendapatan bersih senilai US$ 296,39 juta pada sembilan bulan pertama 2023, menurun 14% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu senilai US$ 344,00 juta.
Senior Advisor Investor Relations ENRG, Herwin W. Hidayat menjelaskan, adanya penurunan pendapatan ini disebabkan oleh turunnya harga jual minyak dunia.
Baca Juga: Energi Mega Persada Anggarkan Capex US$ 150 Juta Tahun Depan, Ini Penggunaan Dananya
"Harga jual minyak rata-rata mengalami penurunan dari US$ 86 per barel menjadi US$ 80 per barel. Tapi ini tidak hanya dirasakan perusahaan kami, namun hampir seluruh perusahaan minyak dunia," kata Herwin dalam paparan publik 2023, Jumat (15/12).
Kemudian, produksi minyak ENRG mengalami pertumbuhan 11% dari semula 5.148 barel per hari menjadi 5.966 barel per hari. Namun, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) minyak ENRG mengalami penurunan 7% menjadi US$ 80,48 per barel dari sebelumnya US$ 86,49 per barel per akhir kuartal III-2022.
Sementara itu, produksi gas ENRG menurun 19% menjadi 166 juta kubik kaki per hari dari semula 204 juta kubik kaki per hari. Namun, ASP gas ENRG berhasil naik tipis 0,5% menjadi US$ 6,19 per mcf dari sebelumnya US$ 6,16 per mcf.
Herwin menjelaskan, penurunan produksi gas tersebut disebabkan oleh berhentinya pengoperasian Blok Sengkang di Sulawesi Selatan sejak Desember 2022 hingga Maret 2023.
"Ini karena adanya renegosiasi dari perpanjangan kontrak jual beli gas. Sekarang sudah diselesaikan, produksi gas dari Blok Sengkang sudah beroperasi kembali seperti semula sejak akhir Maret 2023. Itu penyebab penurunan produksi gas secara YoY," jelasnya.
Disisi lain, perseroan mencatat belanja modal capital expenditure (capex) hingga akhir tahun 2023 diperkirakan menembus kisaran US$ 124 juta. Adapun alokasi capex 2023 digunakan untuk pengeboran sumur, eksplorasi hingga kegiatan seismik.
Untuk tahun 2024, perseroan akan mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$ 150 juta. Dana tersebut rencananya dialokasikan untuk kegiatan pengeboran atau drilling, di mana kegiatan tersebut akan difokuskan untuk menambah cadangan minyak dan gas dari perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News