Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelanjutan Blok Indonesia Deep Water Development (IDD) tahap II kini mulai menemui titik cerah pasca PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) menyatakan niat untuk tidak melanjutkan pengembangan blok tersebut.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menjelaskan sebelumnya Chevron berniat melepas hak partisipasinya pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain.
Kendati demikian, beberapa waktu terakhir diskusi pelepasan ini mengerucut pada ENI sebagai kandidat kuat. Asal tahu saja, konsorsium proyek IDD terdiri dari kepemilikan saham Chevron sebesar 62%, sisanya dipegang oleh ENI sebesar 20% dan Sinopec 18%. "IDD perkembangan terakhir Chevron sudah lebih mengerucut dengan ENI, mungkin saat ini sedang proses finalisasi," terang Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (30/9).
Baca Juga: Kesepakatan harga gas Sakakemang ditargetkan tercapai pada Oktober 2020
Dwi menambahkan, jika ENI melanjutkan pengembangan IDD tahap II maka biaya investasi proyek dapat ditekan pasalnya ENI telah memiliki fasilitas yang bisa diintegrasikan. "Bisa menurunkan investasi dari fasilitas produksinya karena kemudian bisa meng-connect kepada Lapangan Jangkrik yang sudah dimiliki oleh ENI," terang Dwi.
Asal tahu saja, pada tahun lalu ENI melalui Eni East Sepinggan Ltd telah melepas 20% hak partisipasi (Participating Interest/PI) pada Blok East Sepinggan kepada Neptune Energy East Sepinggan BV pada Juli lalu.
Dikutip dari laman resmi Eni, pelepasan saham ini tidak mempengaruhi porsi Eni sebagai operator pada blok tersebut. Eni memegang PI sebesar 65%, Neptune Energy sebesar 20% dan Pertamina Hulu Energi sebesar 15%.
Baca Juga: Mitra Pertamina di Blok Rokan belum temui titik cerah
Pelepasan PI ini sekaligus mempertegas kerjasama kedua belah pihak yang juga telah berlangsung pada Lapangan Jangkrik, Muara Bakau dimana Eni memegang PI sebesar 55%.