kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Eramet Tepis Tren Penurunan Permintaan Baterai EV Nikel


Selasa, 05 November 2024 / 18:52 WIB
Eramet Tepis Tren Penurunan Permintaan Baterai EV Nikel
ILUSTRASI. Presiden Direktur Eramet Indonesia, J?r?me Baudelet. Eramet Indonesia Mining menepis adanya tren penurunan dalam penjualan jenis baterai nikel-mangan-kobalt (NMC).


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eramet Indonesia Mining menepis adanya tren penurunan dalam penjualan jenis baterai nikel-mangan-kobalt (NMC), jika dibandingkan dengan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate).

Presiden Direktur Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet mengatakan dengan banyaknya perubahan pada industri nikel, saat ini jenis baterai NMC secara harga berada pada posisi yang cukup bagus untuk bersaing dengan LFP.

Untuk diketahui, dari segi bahan baku, Jérôme bilang saat ini litium diperdagangkan kurang lebih pada level US$ 10.000-an per ton. Sedangkan nikel saat ini berada di harga US$ 16.000-an per ton. Ditambah posisi bahan baku lainnya dalam NMC seperti mangan yang menurutnya sudah cukup murah, dan kobalt yang merupakan produk sampingan dari penambangan nikel dirasa tidak akan menambah cost tinggi.

Dengan gambaran harga bahan baku yang tidak berbeda jauh inilah baterai NMC menurutnya memiliki posisi tawar menawar yang cukup baik di pasar baterai electronic vehicle (EV).

Baca Juga: Soal Potensi Lithium di Jateng, Eramet Ungkap Target Awal dari Kerjasama dengan ESDM

"Jadi lithium sekarang diperdagangkan di bawah 10.000 (per ton), nikel di 16.000 (per ton), mangan murah, jadi itu bukan masalah," ungkap Jérôme dalam acara diskusi dengan media, Selasa (04/11).

Selain soal bahan baku, keunggulan NMC ungkapnya juga berada pada proses daur ulang yang bisa dilakukan. Nantinya, proses ini akan menghasilkan bahan katoda baterai NMC baru.

"Poin penting juga pada LFP adalah kemampuan daur ulang. Baterai tersebut tidak akan dibuang di alam setelah 8 tahun pemakaian, Anda perlu mendaur ulangnya. LFP, tidak ada nilai dalam daur ulang," tambahnya.

Daya daur ulang baterai LFP yang rendah dibandingkan dengan NMC inilah yang menurutnya, akan menjadi salah satu nilai tambah untuk mempertahankan eksistensi NMC kedepan.

"Ini (pasar baterai NMC) bukan seperti pasar yang akan tumbuh seperti yang dipikirkan orang sebelumnya, seperti kenaikan 50% setiap tahun. Ini akan tetap seperti naik rollercoaster, tapi trennya (positif) ada di sana," tutupnya.

Adapun, belum lama ini Bloomberg melaporkan bahwa terdapat pergeseran minat dari baterai lithium ke jenis baterai nikel.

Per September 2024, pangsa nikel menengah dari produksi NMC di China telah melonjak menjadi hampir 60%, jika dibandingkan dengan peningkatan pada awal tahun 2024 yang sebesar 40%.

Pergeseran minat ini, dinilai berdampak pada tertahannya  laju penjualan LFP, hingga sejumlah produsen mobil China termasuk Xiaomi Corp, Li Auto Inc, dan Zeekr yang didukung Zhejiang Geely Holding Group Co dilaporkan telah menggunakan baterai nikel menengah dan bertegangan tinggi untuk produk mobil mereka. Diikuti LG Energy Solution Ltd dari Korea Selatan (Korsel) yang akan mulai berproduksi baterai nikel tahun depan. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Gandeng Eramet Studi dan Eksplorasi Mineral Kritis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×