kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Eramet Tepis Tren Penurunan Permintaan Baterai EV Nikel


Selasa, 05 November 2024 / 18:52 WIB
Eramet Tepis Tren Penurunan Permintaan Baterai EV Nikel
ILUSTRASI. Presiden Direktur Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet. Eramet Indonesia Mining menepis adanya tren penurunan dalam penjualan jenis baterai nikel-mangan-kobalt (NMC).


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eramet Indonesia Mining menepis adanya tren penurunan dalam penjualan jenis baterai nikel-mangan-kobalt (NMC), jika dibandingkan dengan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate).

Presiden Direktur Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet mengatakan dengan banyaknya perubahan pada industri nikel, saat ini jenis baterai NMC secara harga berada pada posisi yang cukup bagus untuk bersaing dengan LFP.

Untuk diketahui, dari segi bahan baku, Jérôme bilang saat ini litium diperdagangkan kurang lebih pada level US$ 10.000-an per ton. Sedangkan nikel saat ini berada di harga US$ 16.000-an per ton. Ditambah posisi bahan baku lainnya dalam NMC seperti mangan yang menurutnya sudah cukup murah, dan kobalt yang merupakan produk sampingan dari penambangan nikel dirasa tidak akan menambah cost tinggi.

Dengan gambaran harga bahan baku yang tidak berbeda jauh inilah baterai NMC menurutnya memiliki posisi tawar menawar yang cukup baik di pasar baterai electronic vehicle (EV).

Baca Juga: Soal Potensi Lithium di Jateng, Eramet Ungkap Target Awal dari Kerjasama dengan ESDM

"Jadi lithium sekarang diperdagangkan di bawah 10.000 (per ton), nikel di 16.000 (per ton), mangan murah, jadi itu bukan masalah," ungkap Jérôme dalam acara diskusi dengan media, Selasa (04/11).

Selain soal bahan baku, keunggulan NMC ungkapnya juga berada pada proses daur ulang yang bisa dilakukan. Nantinya, proses ini akan menghasilkan bahan katoda baterai NMC baru.

"Poin penting juga pada LFP adalah kemampuan daur ulang. Baterai tersebut tidak akan dibuang di alam setelah 8 tahun pemakaian, Anda perlu mendaur ulangnya. LFP, tidak ada nilai dalam daur ulang," tambahnya.

Daya daur ulang baterai LFP yang rendah dibandingkan dengan NMC inilah yang menurutnya, akan menjadi salah satu nilai tambah untuk mempertahankan eksistensi NMC kedepan.

"Ini (pasar baterai NMC) bukan seperti pasar yang akan tumbuh seperti yang dipikirkan orang sebelumnya, seperti kenaikan 50% setiap tahun. Ini akan tetap seperti naik rollercoaster, tapi trennya (positif) ada di sana," tutupnya.

Adapun, belum lama ini Bloomberg melaporkan bahwa terdapat pergeseran minat dari baterai lithium ke jenis baterai nikel.

Per September 2024, pangsa nikel menengah dari produksi NMC di China telah melonjak menjadi hampir 60%, jika dibandingkan dengan peningkatan pada awal tahun 2024 yang sebesar 40%.

Pergeseran minat ini, dinilai berdampak pada tertahannya  laju penjualan LFP, hingga sejumlah produsen mobil China termasuk Xiaomi Corp, Li Auto Inc, dan Zeekr yang didukung Zhejiang Geely Holding Group Co dilaporkan telah menggunakan baterai nikel menengah dan bertegangan tinggi untuk produk mobil mereka. Diikuti LG Energy Solution Ltd dari Korea Selatan (Korsel) yang akan mulai berproduksi baterai nikel tahun depan. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Gandeng Eramet Studi dan Eksplorasi Mineral Kritis

Selanjutnya: Fakta-Fakta Penting Tentang Electoral College dan Pemilihan Presiden AS 2024

Menarik Dibaca: Ristra Clinic Rayakan Kecantikan untuk Semua dengan Kampanye Terbaru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×