Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BONTANG. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan perusahaan pupuk terutama perusahaan pupuk milik BUMN harus menjadi perusahaan petrokimia yang terintegrasi.
"Kalau kita lihat dari hulunya sendiri, ke depan perusahaan pupuk ini harus menjadi sebuah perusahaan terintegrasi petrochemical," ungkap Erick dalam sambutan peresmian pabrik amonium nitrat milik PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/02).
Nantinya ungkap Erick, perusahaan pupuk ini juga akan disinergikan bersama-sama sejalan dengan Pertamina.
“Karena memang nanti akan menjadi ketemu titiknya bagaimana nanti downstream daripada petrochemical ini bisa dirasakan secara menyeluruh untuk bangsa dan negara,” jelasnya.
Baca Juga: Jokowi Menyoroti Sulitnya Impor Bahan Pangan Pokok Seperti Beras dan Gandum
Sebagai catatan, perusahaan pupuk Indonesia merupakan pupuk terbesar yang diawali peringkat 9 besar di dunia meningkat menjadi 6 besar dunia.
“Perusahaan pabrik amonium nitrat ini tidak hanya meningkatkan produksi dalam negeri yang sekarang tinggal 21% yang impor dimana 79% sudah produksi dalam negeri. Dari total 560 ribu ton itu memang kurang lebih sekarang di dalam negeri sudah memproduksi hampir 300 ribu ton lebih dan sisanya masih impor,” jelas Erick.
Pabrik Amonium Nitrat ini merupakan proyek bersama dari anak perusahaan PT Dahana, PT Dahana Investama Corp (PT DIC) dengan PT Pupuk Kaltim yang pembangunannya dilaksanakan oleh PT Kaltim Amonium Nitrat sejak tahun 2020. Selain itu, untuk pelaksanaan pembangunan juga didukung oleh kolaborasi Wika-Sedin.
Amonium nitrat yang diproduksi KAN merupakan bahan baku utama produksi bahan peledak, sehingga diperlukan jaminan suplai yang memadai untuk menjaga keberlangsungan operasional perusahaan.
Selain itu, amonium nitrat juga bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk NPK (Nitogen Fosfor Kalium) yang berbasis nitrat dan asam nitrat serta produk turunannya yang juga memiliki peran penting dalam pemurnian logam mineral di smelter.
Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Amonium Nitrat Senilai Rp 1,2 Triliun di Bontang
Ditambah, setiap tahun permintaan akan komoditas ini semakin bertambah. Contohnya pada 2024, BUMN memproyeksikan permintaan terhadap amonium nitrat mencapai 580.000 ton. Dan dengan hadirnya pabrik amonium nitrat berkapasitas 75.000 MTPY ini diharapkan dapat memenuhi sekitar 12 persen permintaan amonium nitrat dalam negeri.
Jika sudah beroperasi penuh, pabrik ini siap memproduksi 75.000 metrik ton amonium nitrat per-tahun dan 60.000 metrik ton asam nitrat per tahun. Jumlah ini diharapkan BUMN mampu menjadi substitusi impor dalam menjawab kebutuhan amonium nitrat dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News